P
ARA ahli politik yang mengerti teori dan punya pengalaman lapangan, juga termasuk yang mahir mengutak-atik data mulai bekerja keras. Masif membangun kerjaan opini. Tentu targetnya ialah memuluskan kepentingan kelompok pribadi dan kelompok.Hajatan politik Pilpres 2024 dipastikan ramai. Kita lihat sendiri para politisi telah melakukan dance politik. Di era ini, nuansa politiknya agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Proyek politik tengah mereka kerjakan, satu pihak dengan pihak lain saling menopang. Berjalin kelindan, punya circle yang sama.
Orientasinya menang dalam kompetisi politik. Dari tiga Bacapres (bakal calon Presiden), yaitu Ganjar, Anies, dan Prabowo ada kecenderungan tersendiri untuk ke arah itu. Arah melakukan kerja-kerja politik untuk menghalalkan segala cara.
Melakukan apa saja, demi meraih kemangan dalam Pilpres 2024. Naudzubillah. Dalam konteks ini, rakyat harus diberi pengayaan. Jangan dianggap hal lumrah, melainkan ancaman nyata bagi persatuan dan kesatuan. Demokrasi akan dikacaukan.
Demi libido kekuasaan, para politisi berpotensi melakukan rekayasa dan manipulasi di hadapan rakyat demi meraih dukungan publik. Targetnya semata untuk menang dalam kontestasi politik. Kanibalisasi elektoral tak ragu dilakukan akhirnya.
Rakyat perlu diberi bekal. Disodorkan alat ukur, cara deteksi dalam menilai ketiga Bacapres saat ini dengan antek-anteknya. Yang mengaburkan keterbukaan, menggelapkan yang terang. Kejujuran dan keadilan dalam praktek berdemokrasi dibonsai.
Tidak boleh ada persatuan dalam ketimpangan. Tidak boleh ada persatuan dalam ketidakadilan. Persatuan indonesia harus terjaga dengan hadirnya rasa keadilan. Di tengah semua anak bangsa sedang menjaga akal sehat ada yang bebal mau merusak demokrasi.
Tanpa malu mereka menipu publik dengan berbohong merangkai cerita untuk menghadirkan provokasi dan polarisasi di tengah masyarakat. Kita harus meluruskan praktek demokrasi yang dibelokkan. Jangan kita mentolerir kejahatan demokrasi.
Pembiaran dan pelemahan terhadap nilai-nilai demokrasi jangan sampai terjadi lagi. Mau ataupun tidak, kita tidak boleh malu lalu menutupi ada fakta buruk terkait kejahatan demokrasi. Bergentayangannya politisi yang melanggengkan politik uang.
Mereka menganggap memiliki uang, sudah pasti memenangkan Pemilu atau Pilpres. Ini cara pandang, dan perilaku politik yang riskan. Bahwa ada kejahatan demokrasi yang demikian terjadi semakin meluas, dampak berkelanjutan dari perlakuan tersebut adalah mewabahnya korupsi.
Ini problem serius, ada pihak yang merasa tak punya salah dan tidak terbebani disaat nilai-nilai demokrasi dibeli. Menggadaikan hak politik warga dengan uang, serta kemewahan yang dimiliki politisi.