Mohon tunggu...
bunga kambodja
bunga kambodja Mohon Tunggu... -

just another anak bangsa yang easy going..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Titik Terendah Peradaban Umat Islam (untuk sahabat Andreas)

28 Januari 2010   04:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:13 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulisan ini tadinya saya rencanakan untuk menjadi tanggapan atas komentar sahabat Andreas di "Islam Vs Muslim dan Tradisi Islam Vs Tradisi Arab, Tanggapan untuk Sahabat Madeteling", tapi karena ada banyak hal yang harus saya tulis maka saya jadikan tulisan tersendiri.

Saya sarankan agar Anda membaca terlebih dulu tulisan yang dikomentari sahabat Andreas.

Kalau sudah, untuk memelihara ketersambungan isi tulisan saya kutipkan komentar sahabat Andreas:

Bunga Kambodja,

Quote:
2. Mohon maaf, kalau saya ragu tentang buku “tafsiran alquran” thn 60-an yang bapak pernah miliki itu adalah benar-benar suatu Tafsir Al Qur’an kalau membaca uraian Bapak tentang isinya yang menjelaskan riwayat nabi sampai turunnya ayat pertama “bacalah”.”

Pendapat yang menguatkan pendapat Pak Made Teling, Anda bisa baca di tulisannya Irshad Manji di http://www.irshadmanji.com/indonesian-edition?itemid=205. Silahkan baca di pragraf 11, di sana betul-betul dikatakan “Ulangi! ( Recite!)”, atau “Bacalah! ( Read!)”.

Saya kutip pragrafnya sebagai berikut:
===
Bahkan di Barat, kaum muslim secara rutin diajari bahwa Al-Quran adalah manifesto final dari kehendak Tuhan, yang menggantikan Injil dan Taurat. Sebagai manifesto final, Al-Quran adalah kitab yang “sempurna”—bukan untuk dipertanyakan, dianalisis, atau bahkan diinterpretasikan, tapi hanya untuk diyakini begitu saja. Sungguh, firman pertama yang didengar Nabi Muhammad dari Malaikat Jibril, yang berkata atas nama Allah, adalah kata “Ulangi! ( Recite!)”. Terjemahan lain menyebutkan kata “Bacalah! ( Read!)”. Terlepas dari hal itu, menyuarakan kata-kata lewat mulut dalam rangka meniru adalah yang paling sering dipraktikkan oleh mayoritas muslim. Dan itu berbeda dengan interpretasi (penafsiran).
===

Koq bisa ya pendapat Irshad Manji tentang kata pertama di Al Quran sama dengan pendapat Pak Made Teling? Padahal Irshad itu tidak pernah ke Indonesia lho. Koq bisa juga isi Al Quran Anda berbeda dengan Al Quran-nya Irshad dan Pak Made? Padahal, “Allah” selalu menjaga keasliannya. Iya nggak?

Omong-omong, “pesanan” saya tentang Kitab Injil yang diturunkan ke Isa, sudah ada apa belum ya? Koq rasanya saya gak sabar lagi mau membacanya.

Tulis di wall saya ya kalau sudah memberi komentar/jawaban dari pertanyaan saya ini.

Terima kasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun