Mohon tunggu...
Bunga Ivanka Maslia Inugrah
Bunga Ivanka Maslia Inugrah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa aktif Semester 5 Universitas Kebangsaan Republik Indonesia, program studi Ilmu Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Belanja Cerdas : Thrifting dan Dampaknya pada Ekonomi Lokal

31 Desember 2024   11:24 Diperbarui: 31 Desember 2024   11:24 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toko Trift

Belakangan ini, thrifting atau membeli pakaian bekas menjadi tren yang semakin digemari, terutama di kalangan anak muda. Di media sosial seperti Instagram dan TikTok pun kita bisa menemukan banyak konten tentang thrifting, mulai dari rekomendasi toko hingga tips memadukan pakaian bekas agar terlihat modis. Tapi, di balik popularitasnya, ada pertanyaan besar: Apakah thrifting hanya tren sementara atau sebenarnya bisa mendukung keberlanjutan ekonomi?

Dari sisi ekonomi, thrifting membuka banyak peluang baru. Banyak anak muda memanfaatkan tren ini untuk memulai bisnis mereka sendiri. Dengan modal kecil, mereka dapat menjual pakaian bekas yang sudah dikurasi, sering kali di promosikan melalui platform seperti Shopee, Tokopedia, atau media sosial. hal ini dapat menciptakan lapangan kerja baru di tengah tantangan ekonomi, terutama bagi generasi muda yang ingin memulai usaha tanpa modal besar.

Selain itu, toko thrift lokal juga berperan dalam menggerakkan roda ekonomi daerah. Banyak pakaian thrift berasal dari impor, tapi tidak sedikit pula yang merupakan hasil daur ulang atau donasi lokal. Dengan membeli pakaian dari toko thrift, konsumen secara tidak langsung mendukung UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Bahkan, beberapa toko thrift berhasil menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional karena menawarkan pakaian vintage yang unik dan berkualitas.

Bagi konsumen, thrifting menawarkan cara berbelanja yang hemat tanpa harus mengorbankan gaya. Dengan harga yang lebih terjangkau, kita bisa mendapatkan pakaian berkualitas tinggi, bahkan dari merek terkenal. Tidak hanya itu, ada kepuasan tersendiri ketika menemukan "harta karun" di antara tumpukan pakaian bekas. Tren ini juga mencerminkan perubahan perilaku konsumen, di mana mereka mulai mencari nilai lebih dari setiap pembelian. Mereka tidak hanya membeli pakaian, tetapi juga cerita di baliknya, seperti asal-usul pakaian atau keunikan desainnya.

Namun, tren ini juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu kritik terhadap thrifting adalah risiko munculnya pola konsumsi yang tidak berkelanjutan. Karena harganya murah, banyak orang membeli lebih banyak pakaian dari yang sebenarnya mereka butuhkan. Hal ini bertentangan dengan tujuan keberlanjutan yang ingin dicapai. Selain itu, meningkatnya permintaan pakaian thrift impor bisa mengancam keberlangsungan produk lokal yang juga berusaha menarik perhatian pasar.

Di sisi lain, thrifting juga menghadapi stigma tertentu. Masih ada anggapan bahwa membeli pakaian bekas identik dengan ketidakmampuan ekonomi, padahal tren ini justru menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan ekonomi. Dengan edukasi yang tepat, stigma ini bisa dihilangkan.

Dan jika dikemas dengan baik, thrifting sebenarnya bisa menjadi solusi keberlanjutan. Industri fashion dikenal sebagai salah satu penyumbang terbesar limbah tekstil dan emisi karbon. Dengan membeli pakaian bekas, kita membantu mengurangi permintaan produksi pakaian baru, yang sering kali melibatkan proses produksi yang tidak ramah lingkungan dan eksploitasi tenaga kerja.

Edukasi juga memegang peranan penting. Melalui kampanye yang mengangkat nilai-nilai keberlanjutan, seperti "go green" atau "slow fashion" masyarakat dapat diajak untuk memahami bahwa thrifting bukan hanya tentang menghemat uang, tetapi juga tentang berkontribusi pada masa depan yang lebih baik. Peran media sangat penting untuk menyampaikan pesan ini secara luas.

Sebagai mahasiswa, saya percaya bahwa thrifting lebih dari sekadar tren sementara. Jika didukung oleh edukasi yang baik, promosi yang tepat, dan kebijakan yang mendukung, thrifting dapat menjadi bagian penting dari gaya hidup yang lebih berkelanjutan. Ini adalah langkah kecil yang bisa diambil oleh setiap individu untuk mendukung ekonomi lokal, mengurangi limbah, dan memperbaiki hubungan kita dengan lingkungan.

Jadi, mari kita jadikan thrifting sebagai gaya hidup baru, bukan hanya tren sesaat. Dengan begitu, kita tidak hanya tampil modis, tetapi juga membantu menciptakan masa depan yang lebih cerah untuk ekonomi, lingkungan, dan masyarakat kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun