Di sebuah desa Kecamatan Singaran Pati tepatnya di tepian Danau Dendam Kota Bengkulu, hiduplah seorang lelaki tua bernama Pak Alan. Ia adalah seorang petani sederhana yang selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Meski hidupnya serba pas-pasan, Pak Alan dikenal sebagai sosok yang dermawan. Ia selalu menyisihkan sebagian hasil panennya untuk orang-orang yang membutuhkan. Bagi Pak Alan, kebahagiaan sejati terletak pada memberi, bukan menerima.
Suatu hari, datanglah seorang pemuda bernama Riski ke desa itu. Riski adalah seorang perantau yang sedang mencari pekerjaan. Setelah berjalan jauh tanpa hasil, ia akhirnya sampai di rumah Pak Alan. Dengan penuh harap, Riski mengetuk pintu rumah Pak Alan.
"Assalamu'alaikum, Pak," sapa Riski dengan suara bergetar.
"Wa'alaikumsalam, Nak. Silakan masuk," jawab Pak Alan dengan senyum hangat.
Riski pun menceritakan perjalanannya dan betapa sulitnya ia mencari pekerjaan. Pak Alan mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah Riski selesai bercerita, Pak Alan berkata, "Nak, Allah selalu memberikan jalan bagi hamba-Nya yang bersabar. Mari tinggal di sini dulu, sementara Bapak carikan pekerjaan untukmu."
Riski terharu mendengar kebaikan Pak Alan. Hari demi hari berlalu, Riski membantu Pak Alan di ladang. Mereka bekerja bersama-sama, menanam padi, merawat kebun, dan menjaga ternak. Riski merasa hidupnya mulai berubah dan menjadi lebih baik. Keikhlasan dan kebaikan hati Pak Alan membuatnya belajar banyak tentang arti kehidupan.
Suatu malam, ketika mereka sedang beristirahat setelah seharian bekerja, Pak Alan berkata, "Riski," Bapak ingin berbagi sesuatu denganmu. Dalam hidup ini, sedekah bukan hanya memberikan materi, tapi juga memberikan kebahagiaan dan kedamaian hati. Ketika kita membantu orang lain dengan ikhlas, Allah akan menggantinya dengan keberkahan yang tak terhingga."
Riski terdiam sejenak, merenungi kata-kata bijak Pak Alan. Sejak saat itu, ia bertekad untuk menjadi orang yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama. Dengan semangat baru, Riski bekerja lebih giat. Ia membantu Pak Alan menyebarkan kebaikan di desa itu. Mereka membangun sumur untuk warga yang kesulitan air, memperbaiki rumah-rumah yang rusak, dan memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
Kebaikan Pak Alan dan Riski menyebar luas. Desa yang sebelumnya sepi dan kurang berdaya, kini menjadi desa yang penuh kehidupan dan kebahagiaan. Masyarakat desa belajar untuk saling membantu dan berbagi. Mereka menyadari bahwa kekayaan bukanlah segalanya, tetapi kebahagiaan sejati terletak pada kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama.
Beberapa tahun kemudian, Riski pun menikah dengan seorang gadis desa bernama Aisyah. Aisyah adalah seorang perempuan yang lembut hatinya dan memiliki semangat yang sama dalam membantu sesama. Sejak kecil, Aisyah telah diajarkan oleh orang tuanya untuk selalu bersedekah dan menolong orang yang kesusahan.
Pernikahan Riski dan Aisyah berlangsung dengan sederhana namun penuh kebahagiaan. Masyarakat desa turut merayakan dengan suka cita, karena mereka melihat Riski dan Aisyah sebagai teladan yang baik dalam menyebarkan kebaikan.Â