Mohon tunggu...
Bung Adi Siregar
Bung Adi Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - BAS

Founder BAS Pustaka Copywriter Independen Pecinta Film Penikmat Literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengukur Kapasitas Pikiran

9 Mei 2020   10:49 Diperbarui: 9 Mei 2020   10:42 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas selesai studi di Yogyakarta, saya berkesempatan bekerja dengan beberapa orang. Ada banyak pelajaran yang didapat dari beberapa karakter yang pernah saya ikuti. Setiap orang memiliki karakter khas masing-masing. Dari karakter mereka ini saya banyak belajar. Menemui setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pada tahun 2009 saya  ikut dengan Pak Rohmani. Ada banyak hal pelajaran yang saya dapat dari beliau. Satu ungkapan beliau yang saya ingat hingga hari ini, "Kapasitas orang tergantung apa yang dia pikirkan."

Sebelum memulai aktivitas harian, biasanya pagi-agi kita eksplore ide dan perkembangan apa yang terjadi hari itu. Dari diskusi kecil itu banyak hikmah yang keluar. Ide-ide baru pun bermunculan.

Diskusi ringan yang mempertajam analisa. Dan menguatkan empati. Merancang agenda aksi dan advokasi.

Kapasitas orang tergantung apa yang dia pikirkan. Memikirkan hal-hal yang tidak penting sama saja kita menyia-nyiakan pemberian terbesar tuhan. Akal adalah angurah terbesar yang  dimiliki manusia. Akal yang menjadi pembeda manusia dengan ciptaan tuhan lainnya semacam hewan.

Tidak sedikit diantara manusia yang menggunakan akalnya untuk memikirkan perihal remeh temeh. Sementara potensi akal bisa menyelesaikan banyak hal jika digunakan dengan tepat. Banyak ahli menyebutkan jika rata-rata manusia baru menggunakan 10 persen dari potensi akalnya. Artinya ada 90 persen lagi kapasitas akal yang menganggur.

Dalam Al Quran puluhan kali ajakan untuk menggunakan akal. Kadang dalam bentuk pernyataan kalimat positif. Pada beberapa ayat dalam bentuk pertanyaan kenapa tidak menggunakan akal atau berpikir.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (pada semua itu) sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal." (Q.S. Al-Baqarah ayat 165).

Saat kondisi wabah seperti sekarang ini harusnya kita kembali menjalankan ayat-ayat Al Quran untuk menggunakan akal. Potensi akal harus dioptimalkan untuk menghadapi wabah yang telah membawa impak luas pada kehidupan ummat manusia.

Akal merupakan karunia terbesar yang diberikan tuhan pada manusia perlu kita optimalkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul saat wabah covid-19 ini. Disaat seperti ini akal perlu 'dicairkan'. Jika tidak malah membeku. Semakin sering  digunakan maka akal makin tajam.

Akal dan kesulitan akan menghasilkan ide-ide baru. Bukankah kreativitas lahir dari kesulitan? Tentu dibantu oleh akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun