Mohon tunggu...
Muhammad Suryadi R
Muhammad Suryadi R Mohon Tunggu... Lainnya - Founder Lingkar Studi Aktivis Filsafat (LSAF) An-Nahdliyyah

Tall Less Write More

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Salah Kaprah Isu Kebangkitan PKI

28 Mei 2020   21:43 Diperbarui: 29 Mei 2020   09:34 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cnnindonesia.com

Sementara Komunisme dalam buku Mewaspadai Kuda Troya Komunisme menyebutkan komunisme sebagai sebuah teori atau sistem organisasi sosial yang didasarkan pada kepemilikan bersama atas harta kekayaan. Dalam sejarahnya, komunisme bermula atas ketidakpuasan Karl Marx terhadap kaum sosialis di Prancis. Marx menganggap sosialisme gagal karena tidak rasional dan tidak realistis terhadap kapitalisme waktu itu. Marx lalu menyebutnya sebagai Sosialisme Utopis.

Marx kemudian menciptakan komunisme sebagai solusi atas kapitalisme. Komunisme yang diimpikan Marx adalah terwujudnya masyarakat komunis dimana semua harta dan alat produksi dimiliki bersama. Sosialisme ilmiah---demikian istilah Marx terhadap komunisme---dicita-citakan sebagai gerakan revolusioner yang rasional yang bertujuan menghapus kapitalisme.

Sedangkan sosialisme adalah gerakan yang menghendaki masyarakat ideal yang merata tanpa mengenal kemiskinan. Gerakan ini muncul pada 17 dan di awal abad 18 hampir bersamaan dengan meletusnya Revolusi Prancis. Adalah Robert Owen dan Charles Fourier sebagai pengusungnya. Mereka memperjuangkan masyarakat-masyarakat kecil agar bebas dari kemiskinan dan penderitaan. Sosialisme ini diperjuangkan lewat garis pemikiran. Namun, gerakan ini perlahan surut lalu kemudian gagal.

Syak wasangka kebangkitan PKI dalam batas tertentu sangat wajar. Penyebabnya tentu beragam. Di negara demokrasi seperti Indonesia, perdebatan komunisme dan kapitalisme akan selalu hidup. Komunisme adalah oposisi terhadap kapitalisme begitu juga sebaliknya. Tetapi, menganggap PKI bangkit secara berlebihan adalah masalah. Masalahnya adalah ada nggak datanya. Kalau sekedar bendera indikatornya semua orang bisa cetak bendera lalu pasang dimana-mana.

Lebih baik mengurusi diri sendiri ketimbang sibuk menghidup-hidupkan sesuatu yang telah terkubur. Orang-orang yang sering dituduh PKI itu hanya jadi kambing hitam dari salah kaprah yang terpelihara selama ini. Perlu dicatat, Komunisme dan PKI adalah sejarah bangsa masa lalu sehingga sangat penting untuk dikaji tapi tidak berarti mempelajarinya, membaca buku marxis, membaca buku kiri otomatis Komunis. Ini kecelakaan berpikir. Dalam ilmu logika namanya disebut sebagai logika fallacy.

Menurut saya, marxisme hari ini tidak lebih dari sekedar pisau analisa dalam membedah kondisi sosial yang tidak adil, diskriminatif, dan sebagainya. Jika ternyata banyak yang mempelajarinya maka bagus dong. Berarti masyarakat kita tidak ingin ada kemiskinan, ketidakadilan, penjajahan, ketertindasan, diskriminasi, represi dan seterusnya.

Pelurusan sejarah memang perlu dilakukan. Langkah ini harus dimulai dari oknum atau institusi yang gandrung menebar ketakutan atas isu kebangkitan PKI ini. Peran negara harus hadir di sana. Negara harus menjadi pihak rekonsiliator resmi dalam mengatasi konflik yang sudah terwarisi ini. 

Membiarkan masyarakat berada dalam kebimbangan akan membekas dalam ingatan sejarah bangsa. Rasa saling curiga tidak akan membuat bangsa ini sembuh dari luka lama. Sampai kapanpun, Indonesia akan terus hidup bersama hantu gentayangan bernama PKI jika semuanya tidak diselesaikan dengan damai dan adil.

Semua ini gegara bunyi-bunyian kebangkitan PKI yang tidak jelas datanya. Waspada boleh, berlebihan yang tidak boleh. Jangan karena ini saya dituduh Komunis atau PKI atau sejenisnyalah. Saya Islam asli. Tulen malah. Nasionalisme saya jangan diragukan. KTP saya kewarganegaraan Indonesia. Saya lahir 27 tahun sesudah PKI dibubarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun