Mohon tunggu...
Haniva Az Zahra
Haniva Az Zahra Mohon Tunggu... mahasiswa -

a psychologist to be. \r\n\r\njangan pernah takut belajar untuk menjadi lebih baik. karena itu salah satu hal yang tidak akan pernah selesai untuk dipelajari, juga tak akan pernah ada kata terlambat. jadi, mulailah, mulailah bersinar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar tentang Feminisme : Sebuah Awal

28 April 2011   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:18 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"A feminist is anyone who recognizes the equality and full humanity of women and men."(Gloria Steinem)

Banyak perempuan yang menyanjung tinggi emansipasi, mereka seringkali disebut feminis. Ya, mereka menuntut persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). Sesuatu yang diperjuangkan berarti sebelumnya tidak ada atau masih dirasa kurang dari porsi yang seharusnya. Lingkungan membuat perempuan kental dengan stereotipe lemah, tidak bisa mandiri, serta tidak mampu memimpin. Perempuan cukup bekerja dalam ranah domestik, tidak perlu unjuk gigi, tidak perlu berkarya.

Wacana awal femininisme muncul sekitar abad ke-17. Feminisme berkembang dalam ruang lingkup dan tradisi kajian barat (yang dilatarbelakangi dinamika sosial politis di barat).Sejarah mencatat bahwa kemunculan terminologi dan wacana feminisme seringkali dikaitkan dengan berbagai pergerakan politik kontemporer di Amerika Serikat dan Eropa pada tahun 1700an. Saat itu isu yang berkembang adalah kesetaraan politik antara perempuan dan laki-laki (tuntutan perempuan diposisikan sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya penunjang pria). Benar, perempuan bukanlah sekadar pelengkap kaum adam. Bukan seperti itu, hingga rasanya bukan hanya mengerjakan apa yang pria tidak bisa kerjakan. Bukan pula hanya mengambil peran nomor dua, menjadi penyangga jika ada yang jatuh.

Feminisme berkembang, sebenarnya apa itu feminisme? Feminisme adalah belief, a movement, atau awareness yang merupakan persepsi ketidaksetaraan perempuan terhadap laki-laki dalam masyarakat. Feminisme juga merupakan “belief in economics, political, and social equality of males and females as a modern movement to transform the male dominant past and create an egalitarian future”. (Mankiller, et al 1998 : 187). Jadi, feminisme merupakan suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan atau eksploitasi terhadap masyarakat di tempat kerja dan dalam keluarga serta tindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut. (Bashing and Kahn 1986 : 5)

Feminisme adalah persepsi bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan derajat. Lelaki lebih baik, maka mereka boleh mendapatkan pendidikan, mereka boleh mengembangkan karier, dan merekalah pemimpin di dalam masyarakat. Sedangkan perempuan? Bersikap manislah, atau kau akan mendapatkan cap negatif. Hal inilah yang diperjuangkan ibu kita Kartini. Hak perempuan untuk diperlakukan sama dengan yang lain, hak untuk diberi kebebasan melakukan apa yang diinginkan dan bukan lagi diatur oleh aturan yang ada di dalam masyarakat.

Perempuan ingin keluar rumah, kemudian bermanfaat bagi orang banyak. Semuanya bermula dari kesadaran bahwa kaum ibu mampu berbuat sesuatu. Kaum ibu mampu menyelesaikan masalah yang mungkin tidak mampu diselesaikan laki-laki. Perempuan pun punya sesuatu. Maka, perempuan butuh dianggap setara, agar tak ada lagi diskriminasi dan penghambat gerak. Bukankah juga tidak ada agama yang mengatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki?

Maka hilangkan pikiran bahwa ada ketidaksetaraan gender. Pemikiran bahwa perempuan itu lebih pantas di rumah adalah pikiran kuno yang tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Jangan, jangan kekang perempuan turut berkarya, hanya ingatkan apabila kami lupa bahwa ada hal-hal yang perlu dijaga, ada pula kewajiban yang patut dijalankan. Ingatkan, betapa perempuan begitu berharga dan begitu dibutuhkan.

Haniva Az Zahra

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun