Mohon tunggu...
Bunga Azra andika
Bunga Azra andika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Jepang/ Universitas Andalas

Saya seorang INFP yang memiliki hobi bernyanyi dan menulis. Saya sering membuat cerita fiksi, terutama dengan genre remaja, fantasi, horor, dan aksi. Selain itu, saya juga memiliki ketertarikan besar pada konten-konten bertema mancanegara, baik budaya, sejarah, maupun hal menarik lainnya yang membahas negara-negara di seluruh dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Perempuan Dalam Adat dan Kehidupan di Minangkabau

19 Desember 2024   19:17 Diperbarui: 19 Desember 2024   20:28 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana saat sunset (sumber:hasil foto pribadi)

Masyarakat Minangkabau dikenal dengan sistem kekerabatan matrilineal, yang menjadi salah satu ciri khas unik dari suku ini. Dalam sistem ini, garis keturunan, kepemilikan harta pusaka, dan identitas keluarga diturunkan melalui pihak ibu. Sistem matrilineal ini bukan hanya tentang pewarisan, tetapi juga mencerminkan penghormatan tinggi terhadap peran perempuan dalam menjaga adat dan keseimbangan sosial.
Peran Sentral Perempuan

Di Minangkabau, perempuan memiliki tanggung jawab utama dalam mengelola harta pusaka seperti tanah ulayat dan rumah gadang. Filosofi ini terepresentasi dalam konsep Bundo Kanduang, sosok ibu ideal yang menjadi penjaga adat dan nilai-nilai keluarga. Bundo Kanduang dianggap sebagai tiang utama yang menjaga harmoni keluarga dan komunitas.

Namun, meskipun perempuan memiliki hak waris, laki-laki tetap memegang peran penting dalam pengambilan keputusan adat. Laki-laki Minangkabau, terutama yang berstatus ninik mamak (pemimpin suku), bertugas memastikan keputusan yang diambil selaras dengan nilai adat dan syarak (agama).

Filosofi Adat dan Agama

Sistem matrilineal Minangkabau berakar pada prinsip "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah." Artinya, adat bersandar pada ajaran Islam, dan Islam menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip ini menciptakan harmoni antara adat, agama, dan kehidupan sosial, menjadikan perempuan sebagai simbol penghubung antara tradisi dan spiritualitas.

Tantangan dan Masa Depan

Modernisasi dan urbanisasi menghadirkan tantangan bagi keberlangsungan sistem matrilineal. Banyak generasi muda yang kurang memahami filosofi mendalam di balik tradisi ini. Namun, melalui pendidikan adat, festival budaya, dan upaya pelestarian, nilai-nilai matrilineal tetap dipertahankan sebagai warisan berharga yang relevan di era modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun