Mohon tunggu...
Bunga Aster
Bunga Aster Mohon Tunggu... -

penggemar bunga aster. dan pelawan asisten teritorial..:)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Sudah Selesai?

24 Juli 2011   01:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[TTK DUA: rakornas usai. Basa-basi dengan pidato canggih ‘krisna’. Bagaimana masa depan Anas, SBY dan Demokrat? TTK]

Anas sudah selesai. Maksudnya secara politik, karirnya sudah selesai. Pilihan baginya terbatas untuk tidak menyebutnya tidak ada. Tidak ada itu khususnya terkait rencananya menjadi RI-1 pada 2014 dan bahkan mungkin sampai 10 tahun sesudahnya.

Pegimana penjelasannya neh? Begini neh.

1. Sejauh yang saya tahu, keterkaitan Anas dan Nazar itu amat banyak. Secara anatomi banyak kasusnya itu amat kotor. Jadi kalau kasus Sesmenpora bisa beres, masih banyak jebakan lain bagi dirinya. Susahnya ikatan dia dengan Nazar itu fakta sejarah; dn merevisinya amat sulit justru karena secara anatomi, mereka amat ceroboh. [bisa dicek pergossipan proyek APBN: cek PMPTK 2007, proyek Alkes di Depkes, pembangunan medical university dan politeknik terpadu di Dikti. Nilainya triliun, fyi]

Jebakan itu akan membuatnya selalu terikat. Terikat pada isu moral dan pada 'Tuan Lain' yang bisa mengamankan kasusnya. Susahnya selama ada fakta sejarahnya, sebuah kasus lama bisa dibuka bertahun-tahun yang akan dating. Jadi Anas akan sangat sulit bergerak karena bebannya berat di pundaknya.

2. Pilar politik Anas di PD itu uang; dan konstituennya pun diikat dengan loyalitas uang.PD adalah rumah SBY, dan bangunan loyalitas tradisional dibangun dengan citra SBY. Benar bahwa Anas membawa gerbong HMI di dalamnya tetapi jumlahnya amat sedikit sementara pilar daerah PD itu dibangun sejak sebelum 2004 saat Anas belum masuk PD.

Pilar uang itu disokong oleh fund-manager terbesar dan mungkin satu-satunya: Nazar. Jadi bila Nazar runtuh maka hilang semua aset finansial dia. Ingat, tradisi percukongan tidak pernah menyerahkan semua aset finansial di depan alias upfront tapi berbasis termin dan momentum politik. Praktis demi keamanan, semua pengeluaran politik malah diurus cukong langsung sehingga tangan YBS bersih. Cuma kalau cukong kena ya aset finansial kan masih dipegang dia. Artinya pilar uangnya pasti runtuh.

Di rumah SBY ini praktis Anas tidak punya pilar lain. Ketika gagal mendapatkan mesin uang pengganti maka ya akan rumit selalu hidupnya. Uang baru dibutuhkan untuk menjaganya tetap berkuasa di PD dan juga untuk mengamankan kerusakan akibat Nazar di tingkat hukum. Rumitnya lagi, kalau karirnya dianggap orang selesai secara politik, bagaimana transaksi penggalangan dana politik bisa dilakukan? Sapa sih yang mau naruh investasi di Anas sekarang?

3. Pilihan yang tersedia buat Anas amat terbatas.

Jadi dia gak punya uang. Gak kredibel secara citra. Lalu apa pilihan politik buat dia?

a. Transaksi dengan SBY. Kasih harga murah; jadi pesuruh SBY. Syukur bisa jadi menteri, namun mungkin juga tetap dikorbankan suatu hari nanti. Toh tangannya tetap terikat.

b. Balik badan, buang barang, siap pindah kapal. Resikonya --hampir pasti-- dia diurus secara hukum. Pake cara ini dia bisa sedikit tegas untuk membalikkan dengan lebih awal mengaku bersalah dan siap dihukum. Dengan begini, dia mendorongkan dirinya dengan ancaman pedang SBY; dan ancaman itu jadi hilang sebagai deterrence bagi Anas. Artinya SBY gak bisa ngancam lagi. Tetapi andaian ini bahkan juga terlalu optimis: buktinya mereka yang berani melawan SBY biasanya aman. Liat aja: Yusril.

Dan tekanan jadi berbalik ke SBY. Harga paling besar yang takut dibayar SBY adalah kalau PD jadi kerdil. Pasti besar resikonya kalau gantian Anas yang akan buka-bukaan sebagai politik deterrence.

Benefit opsi ini gak banyak: bebas beban dan mungkin dapat meraih political power kalau main cerdas. Masuk penjara 4 tahun sebagai musuh politik SBY mungkin bisa dikapitalisasi dengancerdik sebenarnya. Dan mungkin bisa mendapatkan angin politik terbatas suatu hari nanti. Tetap terbatas.

Di luar ini masih banyak variannya tetapi ya di antara skenario besar ini. Kalau mau hidup enak tetapi tidak tegak sebagai politisi ya pilih a. Kalau mau tegak sebagai politisi yang mungkin tetap berharga dan lebih bebas tanpa beban ya pilih b. Toh dua-duanya sama-sama menegaskan 'sudah selesai'.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun