PENDAHULUAN
Permainan tradisional Sunda memiliki keunikan tersendiri, salah satunya adalah euforia bermain kelereng yang telah menghiasi masa kecil banyak orang. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi ke dalam dunia bermain kelereng dalam konteks budaya Sunda. Mengapa kita harus menggali lebih dalam mengenai permainan ini? Karena permainan kelereng tidak hanya sekadar aktivitas rekreasi, tetapi juga mengandung nilai-nilai sejarah, budaya, dan komunikasi yang kaya.Â
Permainan  tradisional  merupakan kegiatan  yang  bersifat  menghibur dengan menggunakan alat sederhana atautanpa alat yang telah diwariskan dari generasi kegenerasi.Didalam kehidupan  masyarakat  yang  multikultural  terdapat  beragam  permainan tradisional  atau  bahkan  memiliki  kemiripan  permainan  tradisionaldidaerah  satu  dengan daerah lainnya(Nurbianti n.d.).Â
Permainan tradisional memberikan manfaat yang baik untuk perkembangan  anak  baik  fisik,  emosi,  dan  kognitif  anak (Siregar  et  al.  2018). Permainan tradisional  tidak  hanya  mengandung  unsur  kesenangan  tetapi  juga  mengandung  nilai-nilai budaya dan dapat melatih kecakapan anak untuk berpikir dan berhitung. Melalui permainan tradisional  juga  siswa  memperoleh  pengalaman  langsung  dalam  situasi  nyata  dalam mempelajari  matematika. Â
Dari  segi  sosial,  permainan  tradisional  juga  dapat  menimbulkan interaksi  sosial  antar  pemain  karena  dalam  memainkannya  membutuhkan  lebih  dari  satu pemain.  Interaksi  sosial  sangat  penting  agar  anak  dapat  belajar  berkomunikasi,  cara beradaptasi  dengan  lingkungan  sekitar.Alternatif  pendidikan  untuk  mengoptimalkan perkembangan anak yaitu melalui menerapkan kembali permainan tradisional.Â
Tetapibanyak orang  tua  yang  tidak  mengetahui  manfaat  tersebut,  sehingga  tidak  banyak  orang  tua  yang menceritakan permainan tradisional yang pernah dimainkan dulu kepada anak-anaknya. Hal ini membuat eksistensi permainan tradisional semakin memudar di masyarakat. (Jhenny Windya, 2020, pp. 3-4)
Mengapa permainan kelereng menjadi tema yang menarik? Kelereng bukan hanya benda kecil yang digunakan dalam permainan, tetapi juga mencerminkan bagian dari warisan budaya yang perlahan-lahan tergeser oleh arus modernitas. Maka dari itu, artikel ini ditulis untuk memperkenalkan kembali dan bernostalgia permainan tradisional kelereng kepada anak-anak dan masyarakat pada umumnya, serta untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah yang terkandung dalam permainan tersebut.Â
Selain itu, dengan mengenalkan permainan tradisional seperti kelereng, dapat membantu mengurangi ketergantungan anak-anak pada gadget dan meningkatkan interaksi sosial antar anak-anak. Hal ini sejalan dengan semangat melestarikan budaya dan tradisi Indonesia yang kaya dan beragam.
ARAH PERMAINAN SUNDA JAMAN DAHULU : KELERENG
Permainan  kelereng  ini merupakan  salah  satu  permainan  tradisional  yang  sangat  popular  di  Indonesia  khususnya daerah perdesaan. Permainan kelereng dapat kita jumpai diberbagai wilayah di Indonesia dan memiliki  nama  yang  berbeda  disetiap  daerahnya  contohnya  di  Jawa  biasa  menyebutnya Neker, di Betawi biasa menyebutnya gundu,di Sunda biasa menyebutnya kalecidan didaerah Banten  biasa  menyebutnya  kelereng. Permainan kelereng ini mulai popular di Eropa, Amerika dan Asia pada abad ke-16 sampai 19. Namun dari penelusuran sejarahnya, permainan ini dimulai dari peradaban Mesir Kuno sejak tahun 3000 Sebelum Masehi (SM).Â
Di Mesir, kelereng dibuat dari tanah liat atau batu.Berbeda dengan yang ada di Indonesia, kelereng terbuat dari adonan semen dan kapur atau batu wali yang dibentuk bulat sebesar ibu jari. Bentuk kelereng sendiri seperti bola kecil yang memilki  diameter  kira-kira  1,25  cm  dan  memiliki  berat  sekitar  10  gram,  didalam  kelereng terkadang terdapat hiasan berupa warna ataupun polos, seperti pada gambar berikut.