Mohon tunggu...
Bunga Rampai
Bunga Rampai Mohon Tunggu... -

Yuk, perbaiki!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak hanya ISIS, Sekulerisme pun sama berbahayanya

11 Agustus 2014   16:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:50 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Yang sekarang ada adalah membendung ISIS yang ingin mengobarkan ideologi yang ditafsirkan oleh sebagian besar masyarakat muslim Indonesia sebagai hal yang tak mendekatkan kepada Allah.  Tapi ideologi sekuler yang sudah bercokol yang dikobarkan oleh masyarakat protestan asing dan lokal yang juga dianggap sebagian besar masyarakat muslim Indonesia tak mendekatkan kepada Allah malah dibiarkan menggurita hingga masuk ke kampung-kampung.  Ada standar ganda disini.

Mengapa sekuler itu sulit untuk diperbaiki dan diganti dengan ideologi lain seperti Pancasila?

Mungkin alasan-alasannya antara lain:

Pertama, seperti yang dilakukan Kompas, sebagian wadah komunikasi umum menolak berbicara tentang kritik terhadap pemikiran-pemikiran pemeluk agama selain Islam.  Kritikan terhadap pemikiran-pemikiran dan perilaku-perilaku pemeluk agama Protestan misalnya, akan dicap sebagai SARA, tetapi tidak demikian jika kritikan ditujukan kepada pemikiran-pemikiran Islam yang dengan gencar akan dianggap sebagai hal yang wajar dan diperlukan pada era ekspresi diri ini.

Kedua,  bentuk teknik (wujud fisik), mekanisme sosial Pancasila belum ada.  Tetapi tak terlihat adanya usaha pencarian kearah itu.  Mungkin sekali paham sekuler dengan ide politiknya yang menggadang-gadang manusia (yang mereka sebut pemimpin) itulah yang menyebabkan masyarakat Indonesia malas berpikir dan malas berusaha.   Memang dikondisikan, hanya satu orang (yang mereka sebut presiden) inilah yang akhirnya dianggap perlu berpikir dan berusaha, sedangkan masyarakat umum tidak.  Selama pikiran politik masih menguasai masyarakat yang notabene berlatar belakang IPS ini, maka tetap sajalah kebodohan akan bercokol.   Pikiran politik yang dipertahankan mati-matian oleh para sekularis ini diperlukan oleh mereka agar mereka, para sekularis, tetap menguasai alam pikiran dan menghalangi usaha-usaha perbaikan dan penggantian ide-ide yang tak bersumber dari kelompok mereka.   Aneh, jika sebagian besar masyarakat muslim Indonesia menolak ISIS tetapi tak berdaya menolak sekulerisme bahkan membiarkannya masuk kealam pikiran bawah sadar dengan iming-imingan harta dan tahta.

Ketiga, masyarakat yang sudah terkontaminasi paham sekuler sehingga menjadi masyarakat ujung-ujung duit ini lebih memilih bicara tentang harga-harga, tentang uang, tentang kekuasaan dan hal-hal pragmatis (fisik) yang mereka anggap berguna, sedangkan bicara tentang ideologi, tentang pengetahuan alam dan lingkungan dianggap tak berguna jika tak bermuara kepada uang.

Keempat, iming-imingan teknologi (IPA), daya tarik IPA digunakan untuk iming-imingan agar paham sekuler masuk tanpa terasa lewat IPS, dan pada saat bersamaan melumpukan kemampuan IPA masyarakat agar tergantung kepada para sekularis itu dan membiarkan mereka.

Kelima, masuknya paham sekuler lewat IPS yang menjadi tak terasa.    Pemikiran-pemikiran IPS yang dibawa oleh para lulusan yang diimingi harta dan tahta inipun menjadi lingkaran setan yang tak terputuskan, dimana merekapun telah tercuci otak memahami benar-salah, baik-buruk dari harta atau kekuasaan (tahta) yang dimiliki seseorang.

Keenam, lemahnya kemampuan teknik dan IPA dan terlalu berlebihannya budaya masyarakat yang berfokus pada seni dan IPS menjadikan masyarakat ini tak imbang dan sasaran empuk untuk didikte tentang benar-salah, baik-buruk (yang istilah ilmiahnya asimilasi).

Ketujuh, ketakutan masyarakat yang disebut "terpelajar" (walaupun belum tentu) akan terancamnya periuk nasi mereka jika terjadi perubahan fundamental.

Karena itu, saran-saran perbaikan budaya Indonesia adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun