Oleh : Bunga Syntya Claudya
Mahasiswa Pendidikan Sosiologi
Universitas Negeri Jakarta
Keadaan masyarakat pada umumnya bersifat dinamis atau selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dalam hal ini, perubahan -- perubahan yang terjadi di masyarakat selalu menciptakan produk -- produk yang nyata di berbagai zaman.Â
Jika kita melihat pada kondisi saat ini yakni pada tahun 2022 dimana masyarakat sudah memasuki era digital yang ditandai dengan masifnya perkembangan teknologi digital dan alat komunikasi kearah modernitas.Â
Hal ini sejalan dengan pengertian "era digital" yaitu suatu kondisi zaman ataupun kehidupan yang mana seluruh kegiatan yang mendukung kehidupan sudah bisa dipermudah dengan adanya teknologi yang serba canggih. Teknologi yang semakin canggih terlihat pada kemampuan smartphone dalam menyediakan berbagai fitur yang memudahkan aktivitas manusia.
Kemudahan yang disediakan oleh smartphone mempengaruhi berbagai bidang di masyarakat. Dalam bidang ekonomi, saat ini segala aktivitas perekonomian dapat dioperasikan melalui smartphone.
Salah satunya yaitu dengan adanya fitur scan QRIS untuk bertransaksi sehingga kita tidak perlu membawa uang cash dalam jumlah banyak. Kemudian smartphone juga dapat digunakan untuk melakukan pemasaran produk dengan pembuatan konten di berbagai sosial media.Â
Perkembangan teknologi di era digital juga turut memberikan kemudahan di bidang pendidikan. Khususnya kemudahan dalam mencari informasi melalui berbagai platform pendidikan yang tersedia seperti Google Scholar, Sinta, dan berbagai situs jurnal baik nasional maupun internasional.Â
Selain itu, pembelajaran yang pada beberapa waktu yang lalu hanya dapat dilakukan secara offline di kelas, maka pada saat ini pembelajaran yang berlangsung dapat dilaksanakan secara online melalui aplikasi zoom dan google meet. Kemudian, digitalisasi produk juga memberikan dampak positif dalam bidang hukum, khususnya dalam membantu pihak kepolisian dalam menegakkan keteraturan berkendara di jalan raya.Â
Di era digital pada saat ini, berbagai macam pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor maupun mobil dapat terekam di kamera melalui sistem penilangan online atau biasa dikenal kenal sebutan E -- Tilang. Selain itu, era digital juga memudahkan kehidupan sosial masyarakat yakni dengan kehadiran smartphone yang dapat digunakan untuk berkomunikasi melalui pesan, suara maupun video dengan lawan bicara.
Dengan berbagai kemudahan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di era digital, ternyata di lain sisi dapat menimbulkan tantangan yang besar khususnya berdampak pada kebertahanan ilmu -- ilmu sosial di era yang semakin maju seperti saat ini. Ilmu sosial dapat diartikan sebagai semua bidang ilmu mengenai manusia dalam konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat.
[1] Ilmu -- ilmu sosial terbagi dalam beberapa cabang, meliputi Ilmu Sosiologi, Ilmu Antropologi, Ilmu Ekonomi, Ilmu Geografi, Ilmu Politik, Ilmu Psikologi, Ilmu Sejarah, dan lain sebagainya. Seluruh konsep dasar yang terkandung dalam ilmu-ilmu sosial di atas saling memiliki hubungan dalam kehidupan manusia.Â
Kemudian, dari keseluruhan cabang ilmu -- ilmu sosial tersebut terdapat relasi, relevansi, dan fungsi yang cukup signifikan untuk memecahkan masalah-masalah manusia.
 Tantangan yang besar berkaitan dengan perkembangan era digital dialami oleh ilmu sosial, khususnya ilmu sejarah dan sosiologi. Tantangan yang dialami oleh ilmu sejarah dan sosiologi untuk dapat tetap eksis di era masyarakat digital memiliki berbagai point yang menjadi pehatian khusus.Â
Pertama, berkaitan dengan pemikiran masyarakat yang menganggap bahwa ilmu sejarah dan sosiologi merupakan ilmu kuno untuk dipelajari di zaman ini dan tidak bersifat praktis.Â
Masyarakat menganggap bahwa ilmu sejarah hanya berupa materi masa lalu yang terlihat kuno dan tidak terlalu "keren" untuk dipelajari di masa kini. Sehingga banyak masyarakat khususnya siswa yang tidak dapat mengingat sejarah atau peristiwa -- peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.Â
Sosiologi pun dianggap sebagai ilmu yang tidak praktis untuk kebanyakan orang karena lebih banyak berkaitan dengan teori yang dinilai tidak bisa dirasakan secara langsung manfaatnya. Hal ini jika berbeda dibandingkan dengan ilmu ekonomi dan komunikasi yang paling diminati oleh kebanyakan orang.
Perkembangan teknologi di era digital yang terlihat pada saat ini turut mempengaruhi minat masyarakat. Masyarakat di era digital sangat menyukai hiburan berupa konten di berbagai sosial media seperti Youtube, Tiktok dan Instagram.Â
Hal ini juga menunjukkan bahwa pekerjaan yang melibatkan pembuatan konten di industri kreatif sangat dibutuhkan. Dengan kondisi yang demikian, maka masyarakat di era digital lebih memilih untuk menggandrungi ilmu komunikasi, editing, fotografi, videografi, copywriting, dan lain sebagainya.
Ilmu -- ilmu tersebut dianggap lebih menarik sebagai bekal soft skill yang harus dikuasai untuk pekerjaan di masa kini maupun masa yang akan datang. Maka dari itu, tentunya ini menjadi tantangan lain bagi ilmu sejarah dan sosiologi untuk dapat bersaing dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di era digital.
 Tantangan ketiga yang mengancam ilmu sejarah dan sosiologi di era digital disebabkan oleh ilmu sejarah dan sosiologi yang stuck pada materi terdahulu dan tidak mengalami perkembangan yang signifikan seiring dengan perkembangan zaman.Â
Sebagai contoh, pemikiran - pemikiran sosiologi pada masa kini seringkali tidak dapat menganalisis fenomena masyarakat secara spesifik.
 Pemikiran atau paradigma lama dinilai kurang relevan untuk melihat fenomena masa kini. Menurut pemaparan Bapak Rachmad K. Dwi Susilo, MA. selaku Ketua program studi Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang pada kuliah perdana mengungkapkan bahwa "Sosiologi perlu meninggalkan teori-teori lama karena lingkungan sosial masyarakat sudah mulai berubah.Â
Jika terus menggunakan teori-teori lama maka sosiolog akan terjebak di masa lalu dan tidak bisa menafsirkan fenomena masyarakat terkini".
[2] Hal ini berarti diperlukan paradigma - paradigma terbarukan dalam ilmu sosiologi untuk dapat mengkaji fenomena masyarakat dengan lebih dalam dan relevan khususnya pada masa kini yang mana fenomena masyarakat semakin kompleks. Kemudian, ilmu sejarah pun sebagian besar hanya berkutat pada peristiwa lampau yang tidak memiliki perubahan materi dari waktu ke waktu.Â
 Selain itu, tantangan untuk pelajaran sosiologi pun dapat disebabkan oleh diberlakukan kurikulum prototype. Sebagaimana dikutip dari medcom.id, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendibudristek) menjelaskan bahwa akan melepas sekat-sekat antara jurusan IPA, IPS dan Bahasa di jenjang pendidikan SMA, utamanya kelas 11 dan 12.
Dalam hal penerapannya, maka siswa dapat bebas memilih mata pelajaran yang diminati meskipun campuran dari penggolongan IPA dan IPS. Contohnya yaitu siswa dapat memilih pelajaran ekonomi, fisika, dan geografi secara bersamaan.
Hal ini tentunya berdampak baik sebagai bentuk penerapan demokrasi pendidikan dalam hal kebebasan memilih mata pelajaran yang diinginkan. Namun ini juga bisa menjadi tantangan bagi pelajaran sosiologi, manakala hanya sedikit siswa yang memilih untuk mengambil mata pelajaran sosiologi sebagai mata pelajaran yang akan ia pelajari.Â
Dalam hal ini, jika siswa menganggap mata pelajaran sosiologi terlalu sulit dan membosankan maka bukan tidak mungkin pelajaran sosiologi di SMA akan terhapuskan dan tergantikan oleh pelajaran lain. Hal ini dapat terjadi jika pelajaran sosiologi hanya diminati oleh sedikit siswa.
Tantangan yang terjadi untuk ilmu sejarah dan sosiologi dapat dikaji menggunakan teori sistem sosial yang dibawakan oleh Talcott Parson. Menurut teori fungsionalis ini masyarakat adalah "suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam kesimbangan.Â
Talcott Parsons terkenal dengan empat imperatif fungsional yaitu skema AGIL. Adaptation (adaptasi), sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Artinya sebuah sistem yang ada pada masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan tersebut dengan kebutuhannya.
Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.Â
Artinya sebuah sistem sosial yang ada dalam masyarakat akan tetap langgeng selama pencapaian tujuan dari sistem sosial tersebut masih dapat terdefinisikan oleh anggota masyarakatnya. Integration (Integrasi) pola nilai di dalam sistem adalah proses sosialisasi dan internalisasi yang kemudian menjadi bagian dari kesadaran actor mengabdi pada kepentingan sistem sebagai satu kesatuan.Â
Latency (Pemeliharaan pola) sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaharui motivasi individu dan pola--pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut.
Dalam hal ini dikarenakan masyarakat adalah suatu sistem, oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama antara bagian atau elemen -- elemen di dalam masyarakat yang saling berkaitan untuk dapat mempertahankan eksistensi ilmu sejarah dan sosiologi di era digital saat ini.
Hal ini juga bertujuan untuk mengatasi berbagai tantangan yang muncul yang bersinggungan dengan ilmu sejarah dan sosiologi agar kehadirannya tetap ada seiring perkembangan zaman ke era yang lebih modern lagi.Â
Elemen atau bagian -- bagian tersebut yakni dimulai dari aturan atau kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, kemampuan pendidik dalam mengajarkan ilmu sejarah dan sosiologi, serta keingintahuan masyarakat khususnya siswa akan pelajaran sejarah dan sosiologi di era digital.
Oleh sebab itu diperlukan suatu bentuk pembiasaan yang disebutkan oleh Talcott Parsons sebagai AGIL. Yakni yang pertama adalah Adaptation (adaptasi), dimana sebuah sistem yang ada pada masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan tersebut dengan kebutuhannya.Â
Dalam hal ini, guru atau pendidik Sejarah dan Sosiologi harus lebih kreatif dalam mempersiapkan bahan ajar. Guru sejarah dan sosiologi harus lebih terbuka untuk mengikuti perkembangan masyarakat digital. Sebagai contoh, dalam pembelajaran sosiologi guru dapat menggunakan "filter quiz sosiologi" di platform Instagram agar pembelajaran lebih menarik, kekinian, dan menyenangkan bagi siswa.Â
Selain itu guru juga bisa memanfaatkan aplikasi kahoot atau quiziz dalam mengadakan kuis interaktif yang akan dikerjakan oleh siswa, yang mana siswa harus menjawab soal dengan benar dan cepat untuk memenangkan pertandingan. Kemudian guru sejarah dan sosiologi juga dapat membuat bahan ajar berupa teka -- teki silang (TTS) yang akan diisi oleh siswa.Â
Serta komik sosiologi yang berisikan materi pembelajaran. Jadi pada tahap adaptasi ini pendidik sebagai bagian dari sistem harus mampu beradaptasi di era digital dengan menyediakan bahan ajar yang sejalan dengan perkembangan teknologi digital.Â
Sehingga pelajaran sejarah dan sosiologi dapat lebih menyenangkan bagi siswa. Terlebih pelajaran sejarah yang sering dikaitkan dengan pelajaran "mendongeng". Kemudian, pendidik sosiologi juga harus lebih banyak menggunakan analisis kasus yang berkaitan dengan masyarakat agar siswa merasa bahwa memang sosiologi masih relevan untuk terus eksis di era perkembangan masyarakat digital.
Selain itu, tahap kedua yang disebutkan oleh Talcott Parsons adalah Goal Attainment (Pencapaian Tujuan), Sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.Â
Dalam hal ini guru sebagai pendidik penting untuk selalu mengingatkan siswa bahwa pentingnya pelajaran sejarah yang berisi perjuangan para pahlawan bangsa serta lika -- liku mencapai kemerdekaan untuk meningkatkan rasa solidaritas bangsa agar tidak jatuh lagi.
 Kemudian menjelaskan juga bahwa bahwa ilmu sosiologi juga merupakan ilmu yang praktis bukan hanya teoritis seperti pemikiran kebanyakan orang. Dimana dalam hal ini perlu diingatkan kembali bahwa kita perlu mempelajari ilmu sosiologi yang bertujuan untuk siswa dalam melakukan pemecahan masalah.
 Hal ini sejalan dengan fungsi sosiologi yaitu, pertama fungsi sosiologi untuk penelitian yakni Melalui adanya penelitian dan penyelidikan sosiologi akan diperoleh berbagai fakta sosial yang sangat bermanfaat dalam membuat perencanaan pembangunan ataupun pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.Â
Kedua, fungsi sosiologi untuk pembangunan yakni sosiologi sangat berguna dalam memberikan data sosial yang diperlukan pada tiga tahap proses pembanguan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian.Â
Ketiga, fungsi sosiologi perencanaan sosial yakni perencanaan sosial yang diberikan oleh sosiologi relatif dapat dipercaya karena disusun berdasarkan kenyataan yang faktual dalam masyarakat. Terakhir, fungsi sosiologi sebagai pemecahan masalah yakni menggunakan metode-metode baru sebagai jalan pemecahan masalah sosial.[3]
Kemudian, tahap ketiga yaitu Integration (Integrasi) pola nilai di dalam sistem adalah proses sosialisasi dan internalisasi yang kemudian menjadi bagian dari kesadaran actor mengabdi pada kepentingan sistem sebagai satu kesatuan.
Maka siswa akan turut memiliki kesadaran yang terinternalisasi dalam dirinya untuk terus mempelajari dan mempertahankan pelajaran sejarah dengan tujuan mempertahankan jiwa solidaritas bangsa Indonesia. Selain itu siswa juga memiliki kesadaran untuk mendalami pelajaran sosiologi sebagai bentuk bekal pengetahuannya dalam mengatasi masalah yang dialami dalam kehidupan sehari -- hari.
Terakhir, tahap keempat yaitu Latency (Pemeliharaan pola) sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaharui motivasi individu dan pola--pola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi tersebut. Dalam hal ini, pemerintah perlu memberikan batasan minimal jumlah siswa dalam kelas yang harus memilih mata pelajaran sosiologi dalam penerapan kurikulum prototipe.Â
Selain itu, guru juga perlu menanamkan kembali bahwa lulusan sosiologi dapat menjangkau profesi yang luas dan sejalan dengan era digital saat ini.Â
Profesi lulusan sosiologi bisa mengambil bagian dalam jurnalis yang mana bisa dikaitkan dengan ilmu videografi copywriting dan sebagainya yang sejalan dengan perkembangan era digital. Selain itu, lulusan sosiologi pada saat ini juga tidak menutup kemungkinan untuk menjadi seorang content creator.Â
Terlebih dalam menyebarluaskan ilmu sosiologi di Youtube dengan membuat animasi ataupun menyebarluaskan pengetahuan mengenai sosiologi melalui Podcast.
Â
Kesimpulan
Â
Kondisi saat ini yakni pada tahun 2022 dimana masyarakat sudah memasuki era digital yang ditandai dengan masifnya perkembangan teknologi digital dan alat komunikasi kearah modernitas. Teknologi yang semakin canggih terlihat pada kemampuan smartphone dalam menyediakan berbagai fitur yang memudahkan aktivitas manusia.Â
Dengan berbagai kemudahan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di era digital, ternyata di lain sisi dapat menimbulkan tantangan yang besar khususnya berdampak pada kebertahanan ilmu -- ilmu sosial di era yang semakin maju seperti saat ini.Â
Tantangan yang besar berkaitan dengan perkembangan era digital dialami oleh ilmu sosial, khususnya ilmu sejarah dan sosiologi. berkaitan dengan pemikiran masyarakat yang menganggap bahwa ilmu sejarah dan sosiologi merupakan ilmu kuno untuk dipelajari di zaman ini dan tidak bersifat praktis.Â
Oleh karena itu diperlukan adanya kerjasama antara bagian atau elemen -- elemen di dalam masyarakat yang saling berkaitan untuk dapat mempertahankan eksistensi ilmu sejarah dan sosiologi di era digital saat ini. Dalam hal ini diperlukan suatu bentuk pembiasaan yang disebutkan oleh Talcott Parsons sebagai AGIL
Â
Â
Daftar Pustaka.
Â
Johan, Gio Mohamad dan Suyanto. Tanpa Tahun. Masyarakat Era Digital Dan Pendidikan :
Â
Antara Peluang Dan Tantangan. Aceh : STKIP Bina Bangsa Getsempena.
Â
Martini, Rina. Tanpa Tahun. Konsep Dasar Sosiologi Pemerintahan. Sosiologi Pemerintahan.
Â
IPEM4427/MODUL 1. 1.10.
Â
Mukminan. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial -- Uny Program
Â
Studi Pendidikan Geografi.
Â
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada
Â
Media.
Â
Setiawan, Wawan. Pengantar Teknologi Informasi, UPIPress, 2011
Â
Susilo, Rachmad K Dwi. 2019. Di Zaman yang Serba Berubah, Teori Sosial Juga Harus Ikut
Â
Berubah. Malang. umm.ac.id
Â
Wiryanta, Eka Wenats. 2012. Digitalisasi Masyarakat: Menilik Kekuatan dan Kelemahan
Dinamika Era Informasi Digital dan Masyarakat Informasi. Jurnal ILMU KOMUNIKASI.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H