“Belum makan sate jika tidak makan sate di Tamjid”
BERAWAL dari seorang Tamjid (lahir 1917) memulai usaha bakar arang dan beralih profesi menjadi blantik kambing yang cukup terkenal tahun 1960-an.Pak Tamjid berasal dari Dusun Sonosari Desa Kebonagung (kerabat dekat dengan Pak Sukri, mantan Kades Kebonagung). Kemudian memulai kembali usaha menjadi penjual sate yang awalnya bertempat di Jl.Wagir, utara PG Kebonagung. Tahun 1968 membeli rumah di Jl.Raya Kebonagung (depan GKI Kebonagung) milik Pak Ali, juga seorang penjual sate. Pak Ali juga membuka usaha warung sate di rumah tersebut. Dalam perjalanan Pak Tamjid mempromosikan warung sate gulenya, memakai cara marketing yang unik. Pak Tamjid setiap bertemu dengan sahabat-sahabatnya selalu memberi sejumlah uang pada sahabatnya. Uang tersebut untuk membeli sate gule di warungnya. Itulah cara Pak Tamjid mempromosikan warung sate gulenya. Alhasil,promosi tersebut berhasil mendongkrak omzet penjualan warung sate gulenya. Sehingga muncul tagline: Belum makan sate jika tidak makan sate di Tamjid.
Tahun 70-an hingga 80-an, Warung Sate Tamjid sangat dikenal sepanjang perjalanan Malang-Blitar. Menurut penuturan Agus Heri Santoso, anak Pak Tamjid dari pernikahannya dengan Ibu Mukti, tahun 90-an merupakan jujugan para TKW yang pulang ke daerah asalnya (Malang Selatan, Blitar, Tulungagung) selalu mampir. Dan mereka mendapatkan informasi dari teman-teman mereka sesama TKW. Pola promosi dari satu TKW ke TKW yang lain itu terjadi hingga hari ini. Ihwal nama Warung Sate Monggo Kerso merupakan nama yang diberikan sahabat Pak Tamjid bernama Pak Ali dari Watudakon Kendalpayak. Meski nama Pak Tamjid tidak muncul di papan nama, namun demikian nama Warung Sate Tamjid sangat dikenal masyarakat.
Keistimewaan di Warung Sate Monggo Kerso adalah lebih pada racikan gule nya. Namun demikian, rasa sate kambingnya juga nikmat karena racikan bumbunya tidak menggunakan santan tetapi menggunakan koya. Ada menu yang tidak disajikan saat ini yaitu “petisan”. Merupakan campuran gule dengan sayur lainnya seperti tewel, kacang, dsb yang dibumbui lagi dan dimasak berulang-ulang.
Ada beberapa konsumen yang berada di luar Malang (Kalimantan, Surabaya, Jakarta) mengajak keluarganya untuk menikmati sate gule Monggo Kerso. Dapat dicatat beberapa nama yang pernah menikmati kelezatan di warung sate Monggo Kerso: pelawak Suroto, Cak Kartolo cs (setiap kali tampil di Malang atau melewati Kebonagung selalu mampir), kru Opera Van Java, dalang wayang golek yang kerap muncul di acaranya Sule, pelawak Tarzan, pelawak Topan Lesus, budayawan Djathi Kusumo, dan Iwan Budianto Arema. Semuanya mengakui cita rasa sate gule Monggo Kerso.
Ainulia Ubayani, istri Agus Heri Santoso, menambahkan bahwa cita rasa warung sate Monggo Kerso tidak berubah sejak jaman Warung Sate Tamjid, dengan racikan bumbu-bumbu tradisionalnya.
Dapat dicatat disini bahwa Warung Sate Gule “ Tamjid” Monggo Kerso adalah salah satu ikon wisata kuliner di Desa Kebonagung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H