Pesta olahraga terpopuler sejagat, Piala Dunia 2014 saat ini tengah begitu menyedot perhatian jutaan pasang mata warga dunia, tak terkecuali kaum muslimin. Ajang adu kemampuan dan keterampilan pesepakbola dunia yang tersaji dalam 64 pertandingan yang berasal dari tim terbaik 32 negara. Dan Negara Brasil yang ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia kali ini.
Ternyata di balik hingar bingar euphoria piala dunia 2014 terdapat penolakan yang begitu luar biasa khususnya dari warga Brasil sendiri. Seperti dilansir laman New York Times (5/6/2014) bahwa mayoritas warga Brasil menganggap piala dunia ini tidak memberikan keuntungan apapun. Hal ini salah satunya tampak dari terjadinya demonstrasi besar yang diikuti oleh masyarakat Brasil dari berbagai kalangan, seperti anggota polisi, supir bis, petugas museum, guru, bahkan ahli geologi. Mereka kecewa karena pemerintah bisa menghabiskan begitu banyak dana untuk persiapan Piala Dunia, padahal kemiskinan di Brasil masih merajalela. Mereka menginginkan pemerintah bisa menyejahterakan hidup masyarakat.
Selain memunculkan kenaikan harga, pembiayaan untuk persiapan hingga penyelenggaraan acara tersebut diambil dari dana nasional yang seharusnya dikucurkan untuk biaya sekolah, kesehatan, dan layanan publik lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa berdasarkan riset lembaga Pew bahwa 61 persen rakyat Brasil merasa Piala Dunia tidak berguna diadakan di negeri mereka.
Kalau kita jeli, sebenarnya Piala Dunia itu sudah menjadi semacam industri bisnis. Brasil konon telah menggelontorkan dana sekitar 14,5 miliar dolar AS. Dan karena sebagai sebuah bisnis maka pasti yang dipikirkan adalah keuntungan. FIFA (Federasi Sepak Bola Dunia) yang menjadi pelaksana perhelatan ini tentu yang paling diuntungkan dalam bisnis mendunia ini.
Dikutip dari laman Forbes, Senin 9 Juni 2014, Piala Dunia Brasil diperkirakan menghasilkan US$4 miliar pada total pendapatan FIFA. Nilai itu meningkat sekitar 66 persen dibanding turnamen sebelumnya di Afrika Selatan pada 2010. Lebih detail, pendapatan FIFA berasal dari hak siar TV sebesar US$1,7 miliar, dan hak pemasaran mitra FIFA seperti Adidas, Emirates, Sony, Visa, Hyundai, dan Coca Cola sebesar US$1,35 miliar.
Keuntungan yang diharapkan akan dikeruk juga oleh Brasil tidak serta merta sejalan dengan peningkatan kesejahteraan rakyat Brasil. Karena sebagai Negara Kapitalis maka para penguasa Brasil adalah para pengusaha juga. Jadi sudah barang tentu hasil keuntungan Piala Dunia pun akan dinikmati oleh segelintir para penguasa yang pengusaha. Maka tidak heran banyak dari masyarakat Brasil pun menganggap bahwa diadakannya Piala Dunia di negaranya ini hanya akan menghambur-hamburkan dana hasil pajak mereka untuk persiapan dan pengadaan menjadi tuan rumah turnamen sepakbola sedunia ini.
Piala Dunia pun menjadi trending topic, dimana perhatian masyarakat dunia tersedot kesana. Bayangkan jika semua energi masyarakat dunia tersedot ke turnamen sepakbola, maka urusan lain yang semestinya menjadi perhatian umat akan terabaikan. Bahkan permainan sepakbola yang terorganisir ini pada gilirannya akan melenakan kaum muslimin dari islam. Sebagai agama yang paripurna islam memandang segala sesuatu yang termasuk permainan yang dapat melenakan terkategori kedalam lahwun munadzlomun. Kewajiban seperti shalat kerap tertinggal gara-gara urusan menonton bola atau membela tim kesayangan. Kewajiban dakwah tidak dijalankan, sebaliknya malah membiarkan pelanggaran hukum syara’ karena menonton dan menampakkan aurat. Tidak melakukan syiar islam, malah melakukan syiar kekufuran berupa ashobiyah (faham kesukuan dan nasionalisme) yang dilarang oleh agama. Umat yang semestinya menunjukkan perhatian penuh pada perjuangan untuk meninggikan agama mereka, malah digiring ke dalam kehidupan yang melenakan dan tidak mau perduli dengan kondisi umat.
Maka sudah saatnya kita kampanyekan kepada umat islam untuk tidak turut hanyut dalam permainan yang melenakan ini, segera meninggalkan wabah nasionalisme dan ashobiyah lalu segera berjuang bersama-sama untuk mengembalikan eksistensi Daulah Khilafah Islamiyah yang akan menyatukan negeri-negeri yang terpecah-belah karena ikatan nasionalisme dan ashobiyah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H