Mohon tunggu...
Rochma Firdaus
Rochma Firdaus Mohon Tunggu... -

saya memperhatikan lingkungan sekitar...saya pelajari... saya telaah... kemudian saya tuliskan untuk jadi pelajaran dalam kehidupan, dalam setiap kejadian pasti tersimpan hikmah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nonton Drama Korea Berulang Kali ga Bosan Tapi Sinetron...???

11 Oktober 2012   04:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya senang sekali nonton drama korea sesekali juga filmnya, sekalipun saya memiliki beberapa koleksi VCD drama korea saya juga tetap nonton drama yang disiarkan oleh salah satu stasiun TV, apalagi kemarin saat saya resign bekerja dan full time di rumah bener bener ga ketinggalan. Sekalipun drama yang diputar sudah pernah diputar sebelumnya tetap saja saya tidak merasa bosan untuk melihatnya lagi selama saya ada waktu, artinya tidak segreget pertama lihat.

Saya  banyak belajar dari cerita drama korea, banyak pengetahuan baru yang saya dapatkan. Bagi saya menyimak drama korea tidak menjadikan saya merasa menghabiskan waktu sia-sia, selain hiburan tentunya. Adegan percintaanya yang romatis terkesan natural tidak berlebihan, perjuangan dan kerja kerasnya menjadi motivasi, penyelesaian konfliknyapun tidak instant, kata-kata dalam dialognya memiliki makna ( untuk dialog yang serius) kalau nonton di VCD saya suka mengulang untuk bisa mengerti maksud dari kalimat yang di ucapkan. Alur ceritanya juga tidak selalu mudah ditebak, akting para pemainya juga jempolan all out, settingnya dan masih banyak lagi kelebihanya.

Bukan semata saya menilai tontonan sebagai hiburan, tapi saya juga ingin memetik hikmah dari setiap kisah, kan sayang jika waktu kita berlalu tanpa ada sebuah kesan pembelajaran. Ketika nonton drama korea saya sering dibuat merenung, melihat adegan yang dekat dengan kejadian nyata sehari-hari disekitar kita. Minim akan pelecehan, rasa hormat dan budaya berterima kasih, sikap ceria dan optimis, berjuang dan pekerja keras, menghargai orang lain dan berfikir positif. Penguraian konfliknya pun cantik,  yang salah akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhir serita dan pastinya tidak memaksakan untuk menambah masalah ketika cerita sudah harus berakhir.

Semuanya dikisahkan dengan apik, matang, terencana dan kreatif, bagaimana adegan di cafe, rumah sakit, atau  menyetir mobil coba bandingkan dengan sinetron. Untuk adegan  dicafe saja kelihatan banget settinganya aneh ga pas belum lagi yang lain. Pada intinya saya merasa ada nilai positif yang didapat dari drama korea, tapi ketika melihat sinetron saya merasa seperti penonton diajak untuk menghapal tokoh-tokoh antagonis dengan semua kelakuan jahat mereka. Kalau melihat sinetron saya merasa sepertinya tokoh jahat itu selalu menang, diuntungkan kondisi, jahatnya kadang ga masuk akal yang jadi pertanyaan kemana polisi kok seperti yang kebal, diakhir cerita mereka taubat, dimaafkan dan diterima lagi. kalau begini kan tidak mendidik, seperti membenarkan orang jahat atau koruptor kalau sudah taubat dimaafkan, diterima dan tidak dihukum. Taubat itu urusanya sama Tuhan, masalah dengan manusia ya diselesakan juga dengan manusia. Perhatikan juga tokoh yang diperankan oleh profesi seperti dokter, guru atau polisi pada kehidupan nyata tidak segitunya, saya sedih kalau lihat tokoh guru yang dikerjain , diejek atau kalah dengan muridnya, sering guru digambarkan dengan dandanan yang  melecehan profesi guru sebagai panutan.

Anehnya cerita sinetron dalam satu judul saja adegan kecelakaan, hilang ingatan, menyamar bisa berulang-ulang, bahkan saya pernah lihat sinetron hampir semua tokoh utamanya mengalami kecelakaan dan hilang ingatan, bukan lucu dan aneh lagi, tapi konyol. Coba perhatikan make up artisnya kalo berperan lebih muda. lebih tua atau sedang menyamar dengan rambut palsu, kumis atau jenggot kelihatan banget bohongnya, apa tidak bisa sengaja menumbuhkan kumis atau jenggot hanya untuk satu judul kan dibayar mahal. kalo sudah begini yang jadi pertanyaan siapa yang bodoh??? mutu jelek tapi masih tetap bertahan karena ratingnya terus naik

Saya ingin  lebih cermat saja dalam memilih hiburan, tengoklah sinetron di negeri ini dari yang berbau religi, drama, anak-anak atau kolosal semuanya hanya mementingkan hiburan dan rating saja dengan sedikit makna pembelajaran. Sudahkan anda nonton sinetron hari ini ??? saya Tidak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun