Mohon tunggu...
Rochma Firdaus
Rochma Firdaus Mohon Tunggu... -

saya memperhatikan lingkungan sekitar...saya pelajari... saya telaah... kemudian saya tuliskan untuk jadi pelajaran dalam kehidupan, dalam setiap kejadian pasti tersimpan hikmah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Oh Tetanggaku (Ini Ceritaku, Bagaimana Ceritamu?)

11 Maret 2012   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:12 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sudah 1 bulan saya berhenti bekerja, kembali menjadi ibu rumah tangga karena putri sangat membutuhkan saya di rumah, baru 1 bulan gosip dan isu yang beredar selama ini sudah mampir ke telinga saya. hal ini yang dulu sangat menguatkan saya untuk memilih bekerja, membatasi diri dari interaksi yang tidak sehat dengan tetangga....biar ga ikut ngerumpi, habisnya ga keluar dibilang sombong kalo keluar ngobrol ngalor ngidul yg ujung-ujungnya ngomongin orang yang suatu saat pasti akan menjadi masalah.

ada satu penghuni baru di block kami, biasa seperti saya kontraktor ( smg cepet kebeli rumah, amin) awalnya saya hanya menyapa dan menyambut saja, karena pasti lewat rumahnya kalo mau belanja sayuran lama-lama terjadi obrolan yang sangat panjang. saya kurang senang jika harus berlama-lama ngobrol yang ga jelas juntrunganya, risih saja....padahal hanya beberapa minggu saya mengenal tetangga baru tapi kok saya tidak nyaman dengan sikap dan sifat beliau. saya mulai membatasi diri dengan jarang keluar rumah di tambah lagi saya punya kerjaan yang online.

sekarang jika ada seseorang yang baru kita kenal kemudian menceritakan saya pernah keluar negeri, saya kalo pke obat yang impor, pernah punya rumah gede, pernah punya mobil mewah, orang tua dan mertua begini dan begitu...bekerja di sana dan sini, lulusan ini...dan besok bilang lulusan itu, kalimat hari ini berbeda dengan kemarin, besok berbeda dan dengan hari ini, hanya dalam waktu dua minggu saja saya sudah mengetahui keadaan orang tersebut termasuk berapa rupiah jatah dari suaminya dan brp rupiah yang d habiskan untuk belanja bulanan. saya harus membuka lebar-lebar kewarasan saya dalam memahami orang tersebut. bukan tidak percaya....tapi saya jenuh saja karena jika tidak keluar dia yang nyamperin .

banyak hal yang saya pelajari dari karakter beliau, jadi inget dan membuka lagi materi saat kuliah dulu. saya amati kenapa dan apa alasanya beliau sampai harus berbicara tinggi sampai sangat terkesan membual, sebenernya saya bisa saja menanggapi dengan bualan yang sama seperti saya lulusan perancis kerja di jerman anak orang kaya, ga papa kan toh ngaku-ngaku ga dosa.orang juga bisa menilai jika saya bilang saya anak orang kaya punya ini dan itu toh buktinya saya ngontrak. permasalahanya adalah ada sesuatu yang ga seimbang disini, alasan itu yang menjadi sangat menarik bagi saya.

kenapa orang jadi cenderung suka berbohong untuk bisa di terima di lingkungan sosialnya? membual untuk menaikan statusnya??? padahal kesederhanaan itu bersahaja......apa adanya akan sangat terasa ringan tanpa beban. saya berfikir orang tersebut bisa saja tidak nyaman karena takut jika kebohonganya akan terbongkar, setiap hari bliau menceritakan sesuatu yang menguatkan cerita sebelumnya, sangking banyaknya terkadang lupa dan menjadikan ceritanya bertolak belakang. sampai kapan begitu......menyiksa diri sendiri.

loh..apa salahnya dengan hidup sederhana, kalaupun lingkungan kurang baik merespon kehadiran kita dengan kesederhanaan kita, yah itu menjadi tolak ukur baik tidaknya mereka dijadikan sahabat dan kerabat. tidak selalu harta yang menjadikan alasan utama kita diterima di masyarakat, saya lebih suka dihargai atas dasar pemikiran saya, pekerjaan saya, dan manfaat yang dapat diberikan untuk sekitar, ini mungkin sepele tapi pembelajaran untuk kita semua. bersyukur adalah kunci utama menikmati kehidupan.....bermimpi dan berharap sangat boleh, cukup dihati saja tidak perlu kita umbar impian kita pada orang lain seolah-olah itu adalah kenyataan yang justru menjadikan orang antipati terhadap kita. karena tidak semua orang respek terhadap kita, jika ada orang yang kurang senang dengan kita mendengar bualan itu justru akan mencela yang ujung-ujungnya kita sendiri yang sakit hati. tetap menapak di bumi Alloh dengan rendah hati.....karena rendah hati menjadikan hati kita kaya dengan makna, laut sangat rendah.....tapi lihatlah kerendahanya menjadikan air terjun yang tinggi dan indah pun bermuara pada laut.

alhamdulillah bersyukur......

memiliki rumah meskipun ngontrak, karena masih banyak orang yang tidur beratap langit dan berteman dingin. ada motor bebek jadul yang siap antar pulang pergi karena masih banyak orang berpeluh keringat jalan kaki berkilo kilo. punya anak yang cantik dan lucu karena masih banyak pasangan yang menunggu lama dan sudah habis berjuta-juta hanya ingin mendengarkan tangisan bayi....apalagi ya???? masih banyak lagi.  mungkin saat ini beginilah kisah yang menjadikan Alloh memuliakan kita, pandaikan hamba untuk bersyukur, amin

sepi malam 23:41 (ngantuk ga pake edit)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun