Pada postingan terdahulu, berjudul Belajar Dari Maryamah Karpov telah terjadi semacam persekutuan antara filosofi hidup seorang Maryamah yang kuadopsi. Kini, tokoh fiksi tersebut aku kolaborasi dengan tokoh riil yang kutemui melalui bukunya Percepatan Rezeki : Dalam 40 Hari Dengan Otak Kanan. Jika ‘Petarung Fiktiv’ Maryamah Karpov membahasakan perjuangan hidup sebagai upaya menegakkan harga diri dan martabat dengan cara membuktikan dirinya sendiri, bukan dengan membangun pikiran negatif tentang orang lain. Maka Bahasa ‘Sang Guru Otak Kanan’ Ippho Santosa menuturkan bahwa terkadang rasa benci kita terhadap kaum tertentu (seseorang) lebih menggelora dan membara daripada semangat kita untuk berubah dan berbenah. Rasa ketersinggungan kita melebihi upaya untuk merubah dan membenahi diri. Ini jelas-jelas keliru dan melemahkan diri sendiri. Karena kebencian hanya akan memadamkan energi dan mematikan potensi. Belajar dari Maryamah Karpov + Ippho Santosa = KLOP benar dengan apa yang sedang aku perjuangkan. Hidup Menulis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H