Mohon tunggu...
Bunda Azza
Bunda Azza Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya adalah seorang Ibu RT yg "nyambi" jd abdi negara & pelayan masyarakat di sebuah Kota Kecil yang Indah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mencoba belajar menjadi manusia seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Percaya Diri Jelang Usia Senja

5 Mei 2012   05:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:40 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1336210126164302141

[caption id="attachment_186398" align="aligncenter" width="500" caption="admin/ilustrasi (shutterstock)"][/caption] Setiap manusia akan mengalami usia senja dalam hidupnya. Mengapa usia senja, bukan usia tua? Rupa-rupanya di kalangan tertentu istilah “senja” lebih disenangi daripada istilah “tua”. “Senja” memang terdengar lebih romantis, sedangkan “tua” mengingatkan seseorang pada sifat pelupa, tidak lagi gesit, harus dibantu, tidak aktif dan lainnya. Akan tetapi sebenarnya baik senja maupun tua, kedua-duanya menunjuk pada suatu tahap dalam proses menua.

Kesehatan dan Menua” adalah tema tahun ini yang diambil Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pada peringatan Hari Kesehatan Dunia ke-64 tanggal 7 April lalu. Pengarusutamaan perhatian pada kaum lansia menandai posisi dan peran penting mereka dalam pembangunan suatu bangsa. Apalagi populasi lansia di setiap negara selalu meningkat bahkan terindikasi bakal mengalami ledakan populasi lansia (SM, 18 Maret 2012). Di Indonesia populasi lansia (penduduk berusia 60 tahun ke atas) nomor 4 terbesar di dunia setelah Cina, India dan AS, yaitu mendekati 10 persen dari jumlah penduduk yang 237,5 juta jiwa.

Prof.Dr.Saparinah Sadli (2010) mengemukakan fenomena booming lansia dipengaruhi kemajuan ilmu kedokteran dan farmasi yang telah menghadirkan kisah sukses pengobatan berbagai penyakit yang diderita kebanyakan lansia. Tekanan darah yang tidak stabil, diabetes, arthritis, sakit persendiaan, kolesterol tinggi kini tak lagi menjadi masalah serius bagi kesehatan lansia. Dunia kedokteran kini mempromosikan kualitas hidup lansia cenderung terkait dengan kemauan mengubah perilaku yang kurang sehat seperti merokok, pola makan tinggi lemak, garam dan gula, tidak mau secara rutin memeriksakan diri dan tidak melakukan olahraga ringan semisal jalan kaki pada pagi hari.

Jika menua itu pasti, maka menjadi lansia sehat dan mandiri itu pilihan. Tak sedikit orang yang kurang mempersiapkan masa senjanya sejak dini. Mereka seolah lupa dan abai terhadap kesehatan di masa muda yang merupakan investasi. Padahal yang dilakukan di masa kini akan menentukan hasilnya di masa nanti.

Ambillah contoh kecil : merokok. Bisa jadi salah satu alasan perokok usia muda tetap eksis merokok justru karena sekarang ia tak mengalami gangguan kesehatan yang berarti. Namun siapa bisa menjamin ia senantiasa baik-baik saja hingga lanjut usia. Logikanya yang tidak merokok saja bisa sakit-sakitan saat tua, apalagi yang merokok. Karenanya pastikan pola hidup sehat menjadi gaya hidup kita sejak dini.

Positif

Jika gambaran mengenai lansia selalu identik bersifat negatif, yaitu perubahan dan kemunduran fisik dan mental, maka menua akan menjadi momok banyak orang; baik mereka yang akan memasuki periode tersebut maupun kelompok lain yang mempersepsikan tahap tersebut. Padahal beberapa penelitian gerontologis mutakhir menyimpulkan kabar menggembirakan. Didapatkan bukti bahwa kemunduran psikologis yang menyertai penuaan lebih disebabkan latar belakang sosial ekonomi dan pendidikan yang buruk (Butler,1989).

Pelopor Ilmu Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Darmojo (1994) juga memberi contoh lansia berusia lebih dari 70 tahun yang produktivitasnya tidak kalah dengan yang muda. Kebanyakan pemimpin negara mulai melaksanakan tugasnya pada usia senja. Lebih lanjut Darmojo mengungkap jika lansia diidentikkan positif yaitu gudang pengalaman, keraifan, kebijakan dan pegangan dari tindakan etis, maka kita akan lebih percaya diri dan sehat memasuki usia senja. Jadi, makin senja makin percaya diri, siapa takut?

--- Tulisan ini didedikasikan untuk Para mbah kakung dan mbah putri di Indonesia dan juga mereka yang akan memasuki masa lansia, khususnya Abah dan Emak. ---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun