Mohon tunggu...
Bunda Azza
Bunda Azza Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya adalah seorang Ibu RT yg "nyambi" jd abdi negara & pelayan masyarakat di sebuah Kota Kecil yang Indah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mencoba belajar menjadi manusia seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Saat Sakit Hati, Malu Pada Anak Kecil

2 April 2012   05:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:08 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13333453681554509183

Pakar otak kanan sering menganjurkan orang dewasa yang ingin sukses hidupnya untuk berdekat-dekat dengan anak kecil. Usut punya usut, Si Kecil sedang besar-besarnya porsi otak kanannya berfungsi. Maka jadilah saya bak seorang periset dadakan mengamati Si Kecil buah hati kami, Azza yang berusia 15 bulan.

Senja itu ia tengah riang bermain dengan ayahnya. Saking semangatnya berlari, kakinya saling terbelit hingga ia terjatuh yang menyebabkan sudut bibirnya menyenggol ujung dipan kayu. Hal itu mengakibatkan ujung mulutnya berdarah. Tak kuasa menahan sakit, Si Kecil pun mulai menangis kencang seperti berteriak.

Jadilah saya dan ayah Si Kecil repot menenangkannya. Jurus yang kami pakai adalah jurus mengalihkan perhatian dan memberikan pengertian. Jurus andalan yang selalu ampuh dan cocok untuk anak kami tatkala ia rewel.

“ sayang… sayang… Tuh, ada bintang, dek “ bujuk Sang Ayah mengalihkan perhatiannya.

Akupun memeluk dan menggendong Si Kecil sambil berkata : “ sayang, sakit ya. Mana yang sakit? Sini bunda sembuhin. Bismillahirrohmanirrohim. Fffffuaaaaaahhh……. Sembuh! “ Kataku sembari meniup-niup dan mengelusnya. Iapun tampak menjadi tenang.

Lalu ajaib. Setelah sekian lama menangis tadi, begitu Si Kecil berhenti menangis, sontak ia kembali ceria seolah lupa pernah merasakan sakit. Si Kecil menjadi amnesia tercepat terhadap rasa sakit yang tadi menghampirinya. Begitu sederhana. Cukup beberapa menit saja bagi Si Kecil untuk berdamai dengan sakitnya.

Mari bandingkan dengan kita, orang dewasa yang diakui lebih bijaksana karena cukup lama makan asam garam kehidupan dibanding anak kecil. Kalau orang dewasa, yang namanya dengan makhluk bernama “sakit hati”. Jangankan beberapa menit, terkadang kita butuh berjam-jam, berhari-hari, bermingu-minggu, bertahun-tahun untuk melupakannya. Malahan sering rasa sakit hati itu terus diingatnya sampai mati.

Bercermin pada anak kecil membuat kita mesti berpikir ulang untuk memndam dan memelihara rasa sakit hati. Malu sama anak kecil sebelum menjadi seorang pendendam. Apalagi nun menurut pakar kesehatan jiwa, salah satu kunci kebahagiaan hidup adalah memaafkan kesalahan orang lain. Semoga kita diberi kekuatan menjadi pemaaf bagi diri dan sesama oleh Sang Pemaaf, amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun