Mohon tunggu...
Bunda Azza
Bunda Azza Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya adalah seorang Ibu RT yg "nyambi" jd abdi negara & pelayan masyarakat di sebuah Kota Kecil yang Indah di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mencoba belajar menjadi manusia seutuhnya.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Di Balik Seragam Korpri

6 Maret 2012   05:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia memesan kopi dengan takaran yang sama seperti pesanannya pada kakekku-di warung yang sama-30 tahun yang lalu. Wajahnya sembab karena tahu waktu telah melewatinya begitu saja. Masa mewah bergelimang waktu dan kemudaan telah menguap darinya, dan ia sadar tak pernah berbuat apa-apa. Tak pernah menjadi imam di masjid. Tak pernah naik mimbar untuk menyampaikan paling tidak satu ayat, sesuai perintah Ilahi. Tak pernah membebaskan satu jiwa anak yatim dari kesusahan.

Duduklah ia di pojok sana menghirup kopi dua sendok gula yang menyedihkan itu. Kaum ini disebut para safety player.

Gambaran di atas telah memperpanjang daftar buruk sekaligus PR bagi PNS. Akankah kita rela membiarkan nasib kualitas pegawai pemerintah yang kian memprihatinkan? Fenomena-fenomena negatif tersebut pas dilukiskan dengan pepatah karena nila setitik, rusak susu sebelanga, karena ulah oknum, citra PNS menjadi tercoreng. Padahal tak sedikit pula PNS yang berjiwa muda, dinamis, kreatif dan jujur di abad ‘profesionalisme’ ini.

Pertaruhan nama baik PNS sama halnya dengan pertandingan kehidupan. Ada sebagian mereka, yang menang sebelum bertanding. Ada sebagian lain, yang kalah sebelum bertanding. Kedua keputusan itu, akan menentukan PNS macam apa yang mereka ingin dunia ini melihat mereka. Nasehat standar untuk orang kalah adalah bahwa kalah adalah biasa dalam pertandingan; bahwa kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Padahal sebenarnya, kekalahan adalah kebodohan yang dipelihara. Lalu tanyakan pada para PNS, apakah mereka mau melanjutkan pertandingan untuk menebus kekalahan mereka?

Budaya Kerja

Membangun budaya kerja ‘profesional’ di kalangan safety player sama halnya dengan melubangi batu dengan tetesan air. Nampak sulit karena mindset ‘profesional atau tidak, toh gajinya sama’ masih kuat mengakar di benak mereka. Namun hal itu menjadi bukan sesuatu yang mustahil terwujud apabila dilakukan secara masif, kontinu dan konsisten. Insya Allah.

وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
Dan katakanlah, "Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu." (QS. At-Taubah [9] : 105)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun