Mohon tunggu...
Bunda HilmaDheera
Bunda HilmaDheera Mohon Tunggu... Guru - Khusnul Khotimah, S.Pd. - Guru TK Islam Al Azhar BSD

Pendidik di TK Islam Al Azhar BSD, penulis aktif di Majalah Ikrar Al Azhar BSD, pernah bekerja sebagai Terapis untuk anak berkebutuhan khusus di Klinik Bina Wicara Bogor 2002-2009.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Memaknai Peribahasa dalam Kehidupan Sehari-hari

13 Juni 2021   23:33 Diperbarui: 13 Juni 2021   23:40 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peribahasa sering digunakan orangtua kita untuk memberikan nasehat, petuah dan juga pengingat diri ketika kita berinteraksi dengan orang lain atau hidup bermasyarakat. 

Sahabat kompasiana juga pasti masih mengingat ketika masih sekolah kita mendapatkan pelajaran tentang peribahasa, baik itu peribahasa dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah di mana kita tinggal. 

Melalui peribahasa, kita dapat mengingatkan orang lain atau diri sendiri agar dapat berprilaku sesuai dengan nilai-nilai positif yang diharapkan oleh masyarakat atau agama. Dengan kata lain, peribahasa dapat dijadikan sebagai Self Reminder atau Muhasabah diri.

Mari kita ulas sedikit peribahasa yang mungkin masih kita ingat dan tetap kita maknai dalam rutinitas sehari-hari.

1. "Becik Ketitik, Ala Ketara"

Yang benar akan terbukti, yang salah akan diperlihatkan.

Dalam bersosialisasi dengan orang lain, tentunya peribahasa jawa di atas dapat dimaknai sebagai nasehat bahwa saat kita menemukan seseorang teman yang berbuat curang atau berbuat jahat, maka dengan sendirinya seiring waktu berjalan kecurangannya akan diperlihatkan dan yang benar akan terbukti.

2. "Urip kuwi Urup"

Hidup itu harus memberi manfaat.

Peribahasa tersebut bermakna, dimanapun kita berada hendaknya memberi manfaat bagi orang lain. Jangan sampai kita menyusahkan orang tua dan juga meresahkan masyarakat. Maka, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi lingkungannya. 

3. "Jika pedang lukai tubuh masihkah ada obat dicari, Jika lisan lukai hati kemana obat hendak dicari"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun