Mohon tunggu...
elfi kurniasih
elfi kurniasih Mohon Tunggu... -

ibu dari 1 orang putri yang gemar traveling, menyukai tantangan dan hal-hal baru,selalu berusaha untuk bermimpi indah dan berfikir positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mundur Maju...

20 November 2013   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:55 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

MUNDUR MAJU…

by. Elfi Kurniasih

Hampir setiap hari saya menyambangi tempat perbelanjaaan terbesar di kota ini dengan berbagai keperluan.Kebetulan karena mudahnya akses menuju tempat tersebut.Seperti umumnya mall besar, pasti dipenuhi oleh berbagai outlet barang-barang ternama, seperti outlet tas, sepatu, alat olah raga serta butik-butik yang menawarkan beragam barang dengan harga yang juga menawan.

Sesuatu yang sangat menarik di hati adalah penampilan seorang penjaga outlet tas dan baju terkenal, setiap memasuki mall, mata saya selalu tertuju ke penjaga outlet tersebut, kebetulan karena letaknya yang sangat strategis.Setelah melewati pintu utama mall, melalui pemeriksaan, outlet tersebut tampak jelas.Penjaganya tidak muda lagi, perkiraan berumur lebih dari 50 tahun, tubuhnya tambun dan wajahnya keliatan tidak muda lagi.Yang menarik adalah bapak tua tidak diam di depan outlet sebagaimana layaknya penjaga, tetapi kakinya selalu bergerak mundur maju…terus bergerak mundur dan maju.

Menarik buat saya karena jarang sekali saya menemukan hal yang seperti ini. Tiba-tiba rasa iba muncul dalam hati sekaligus rasa malu dengan diri saya sendiri.Kemana rasa syukur saya dengan apa yang Allah berikan kepada saya, sayalah yang harus merasa cukup dan bahagia dengan anugerahnya, karena merasa cukup mampu membuat kita bahagia, bukan berkecukupan membuat kita bahagia.

Mundur dan majunya beliau saya rasa lebih kepada usaha menjaga kondisi tubuhnya yang tidak lagi muda untuk menekuni pekerjaan tersebut.Bergerak membantunya untuk tetap sehat dan mengalihkan perhatiannya agar tidak bosan berjam-jam berdiri tanpa aktifitas.

Kebetulan juga saya perhatikan, outlet tempatnya bekerja jarang sekali ada pengunjung, kemungkinan karena harga barang-barang di outlet tersebut tidak dapat dijangkau oleh semua kalangan.Hanya orang-orang berduit saja yang dapat membeli barang di tempat tersebut baik tas maupun pakaian dengan merk tersebut.

Kembali kepada kebiasaan mundur maju tersebut, saya mengibaratkan betapa beruntungnya seorang yang telah lanjut usia kemudian dia tidak lagi ada kewajiban bekerja keras.Meskipun beraktifitas, namun aktifitas tersebut tidak lagi harus melemahkan kesehatannya, memerlukan waktu lama dan menyita banyak hari tuanya untuk tetap bekerja.

Kembali saya berkaca pada diri saya sebagai seorang anak, sudahkah saya mempersiapkan diri untuk menyenangkan orang tua saya? apalagi ketika mereka sudah tidak lagi berpenghasilan, atau penghasilan mereka tidak cukup lagi, kemudian kesehatan merekapun sudah mulai menurun?. atau saya sibuk bersenang-senang dengan kebutuhan saya sendiri dan keluarga inti saya? Oh malunyaa…

Dapat saya bayangkan betapa bahagianya orang tua yang memiliki anak-anak yang memperhatikan kebutuhan mereka.Kewajiban berbakti pada kedua orang tua selayaknya tetap kita kedepankan, karena jasa kedua orangtua kepada kita tidak akan dapat kita bayar.Selayaknya kita tidak menyibukkan diri hanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri atau keluarga inti kita saja, tapi tetap membudgetkan kebutuhan untuk kedua orang tua.

Beruntunglah saya karena setiap kali memasuki mall tersebut, saya mendapat pembelajaran gratis, memandang bapak tua yang selalu mundur maju di depan outlet, benar-benar menyentuh hati, meredam semua keinginan hati untuk berbelanja ini itu yang bukan kebutuhan penting ataupun mendesak, terbersit rasa malu untuk berseneng-senang yang melampui batas.

Benar kata orang bijak, jika berjalan lihatlah ke bawah agar tidak tersandung, artinya melihat sekeliling kita orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan kita, selayaknya dapat membantu kita untuk selalu bersyukur atas apapun kondisi kita, sedangkan melihat ke atas akan membuat kita tidak akan pernah puas dan bersyukur, karena diatas langit ada langit.

Pada suatu hari, tak kuasa saya untuk tidak menyapa beliau, saya hampiri dan saya katakan kepada beliau bahwa beliau mengingatkan saya pada “sesuatu”, sesuatu tersebut maksud saya adalah ilmu bersyukur, beliau tersenyum dan senyumnya sangat tulus, terima kasih pak tua atas pembelajarannya….

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun