Siapa sih yang ingin anaknya picky eater? Tentunya semua ibu ingin anaknya memiliki nafsu makan yang baik dan tidak pilih-pilih ya. Tetapi, ada kalanya anak-anak tumbuh menjadi picky eater yang hanya lahap makannya hanya jika ada menu yang dia suka.
Hal inilah yang terjadi kepada putri bungsu saya. Ya mau gimana lagi, saya pun menyiasatinya dengan berbagai cara agar nafsu makannya meningkat dan tidak makan itu-itu saja. Bisa nggak dapat gizi seimbang nanti kalau makanan yang dia konsumsi kurang bervariatif.
Nah, salah satu cara yang saya lakukan adalah mengajaknya memasak bersama makanan yang dia suka. Nanti bisa ditambahkan makanan yang jarang dia pilih sebagai pelengkapnya. Misalnya dia tidak suka daging ayam nih, saya ajak dia memasak nugget favoritnya.
Banyak yang bilang kalau masak seru bareng ibu banyak manfaatnya. Sayapun sudah merasakan manfaatnya sebagai berikut.
1. Merekatkan Bonding dan Menambah Kekompakan
Bonding adalah perekatan antara orang tua dengan anak. Nah, memasak bisa jadi salah satu cara untuk bonding antara ibu dan anak. Dengan sesi memasak secara teratur (misalnya seminggu 2 kali) maka anak-anak dan ibunya akan bertambah dekat (secara emosional). Anak-anak senang karena diperbolehkan membantu membuat masakan kesukaannya.
Kerjasama juga muncul saat memasak nugget misalnya. Anak-anak yang menimbang bahan-bahan, saya yang menghaluskan daging ayamnya. Jadinya kompak dan keluarga makin harmonis.
2. Mengatasi Picky Eater
Memasak makanan sendiri ternyata bisa mengatasi picky eater loh. Anak-anak bisa membuat variasi makanan yang mereka sukai. Bentuk makanan yang unik dan lucu juga membuat anak-anak tertarik sehingga saya bebaskan mereka untuk membuat makanan mereka sendiri.
3. Mengasah Keberanian
Di dapur, anak-anak akan belajar berani. Saat masak bareng, saya mengajari mereka memotong tempe, sayur, dan bahan-bahan mentah lain. Biar lebih aman bisa pakai pisau plastik ya (yang buat motong kue itu lho). Namun kalau adanya pisau biasa juga enggak apa-apa, yang penting anak diajari untuk berani megang pisau.
Kemudian, anak-anak juga belajar menyalakan kompor sendiri. Kalau sudah bisa kan enak. Mereka tinggal diajari cara menggoreng telur, membuat roti bakar. Jadinya berani dalam menghadapi api kompor. Keberanian wajib diasah ya, teman-teman. Jika tidak maka sampai SMA-pun mereka akan takut megang pisau atau menyalakan kompor sendiri.
4. Mengajari Matematika di Dapur
Belajar matematika di dapur? Iya, anak-anak bisa diajak untuk belajar matematika di mana saja, termasuk saat memasak. Misalnya dengan menakar tepung terigu yang akan dijadikan kue. Menghitung kalau 1 resep masakan membutuhkan berapa butir telur, dll. Anak-anak juga belajar melihat durasi memasak. Misalnya untuk mengukep ayam butuh waktu 30 menit dan mereka menghitung total waktu yang dibutuhkan saat berada di dapur.