"Ternyata bertahan berdiri di sisi terang itu jauh lebih mudah,
daripada harus menemukan kembali berkas cahaya
setelah terperosok di kegelapan.Â
Tak heran manusia pemilik terang begitu takut
bersentuhan dengan pekatnya jiwa manusia,
bahkan untuk sekedar menerima
sisi gelap di jiwa sendiri..."
Â
~12022016
Â
Batin ini sering bergumam...
Jika mampu berbagi terang di kegelapan sesama,Â
kenapa justru pilih membangun tembok tebal
demi mencegah yang gelap datang menyelusup...
Jika punya cahaya untuk dinikmati bersama,
kenapa memilih menghalau gelap yang mendekat
padahal yang pekat hanya ingin turut merasakan
secercah pantulan terangnya cahaya...
Jika gemintang dan rembulan ada di hati,
kenapa gundah saat mentari beranjak ke peraduan.
Bukankah esok dia pasti kan kembali...
Sedang kegelapan hanyalah ilusi,
buah dari ketiadaan cahaya.
Sulitkah meniru Sang Pemilik Cahaya Abadi
yang selalu hadir membagikan sinarNya...
Apa gerangan isi benak insan yang pemilik terang,
kenapa dia justru begitu takut akan kegelapan.
Bukankah janjiNya pasti ada tanda2 pada setiap
pergantian gelap dan terang di muka bumi...
Jika kita telah berlindung pada Sang Pemilik Cahaya Abadi,
tidakkah kita pasti meyakini Dia juga Penguasa Kegelapan...