Mohon tunggu...
Arifah Handayani
Arifah Handayani Mohon Tunggu... Guru -

Founder Smart Parenting with Love Community, as a place to share Idea and Giving Information on Parenting. Generate The Power of Happy Mom for building a solid foundation to create a healthy Family base learning... Smart Family, Better Generation, Bright Future of The World...

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Tentang Proses Penemuan Kebenaran Sejati dalam Diri

28 Juni 2015   03:11 Diperbarui: 28 Juni 2015   03:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terserah orang di sekitar saya mau bilang apa, tetapi saya pribadi memilih untuk berani meyakini kebenaran pendapat siapapun yang mampu menyentuh desiran nadi pada gerakan nalar dan nurani saya, sekalipun yang berbicara anak kecil.

Saya termasuk yang meyakini sejatinya kebenaran itu menyebar, sebagaimana tebaran ayat2 Allah tertulis di alam semesta. Bahkan selembar daun yang jatuh, dia menyimpan hukum Syari'ahNya, apalagi proses yang terjadi di nalar dan hati nurani manusia yang memiliki cinta dan kasih sayang pada semua makhlukNya. Saya percaya pada setiap bentuk kebenaran yang mampu dirasakan oleh desiran nadi, karena keyakinan Sang Pemilik Kebenaran itu bisa jadi sangat dekat, lebih dekat dari denyut nadi di leher.

Buat saya semua bentuk kebaikan atas nama cinta dan kasih sayang hanya butuh logika sederhana untuk mampu menembus kebeningan hati agar nalar dan nurani meyakininya kebenarannya, maka untuk itu saya gak akan pusing dengan dalil naqlinya, dalil aqli rasanya sudah cukup buat saya. Pertanyaannya, mampukah akal kita membuat hati menghasilkan fatwa yang diterima oleh desiran nadi di gerakan nalar dan nurani dalam diri, demi menguji sebentuk dalil aqli...???

Jika belum mampu, artinya kita belum cukup mengenal potensi fitrah dari akal, hati dan jiwa dalam harmoni diri, yang menjadi sentral gerakan naluri, nalar dan nurani, di mana sistem kendali pola pikir, perilaku dan tutur kata berada. Sementara kita telah mengaku beriman. Padahal, sejatinya Iman adalah pusat pembangkit energi spiritual bagi setiap potensi fitrah anak manusia, yang mampu menjadi bahan bakar utama setiap sendi kehidupan kita.

Semoga Ramadhan kali ini memberi kita kesempatan untuk menyelam lebih jauh ke dalam pemahaman tentang inti diri, di setiap sujud yang kita tundukkan dan pada setiap lafal huruf kitabullah yang terbaca dan bergema di setiap sudut relung hati. Hingga terbangkitkan semua potensi fitrah kita lewat desiran nadi yang digerakan oleh setiap ayat2 semesta yang berhasil kita baca setiap hari...

Amiiin YRA...

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun