[caption id="attachment_294751" align="aligncenter" width="298" caption="Aburizal Bakrie (Tribunnews.com)"][/caption]
Secara umum Iklan-iklan politik di televisi menarik untuk diperhatikan. Iklan-iklan politik tersebut memunculkan dua hal yang berlawanan: mencerahkan dan menambah wawasan atau justru menyempitkan ruang publik untuk kepentingan politik elektoral semata.
Bagi beberapa kalangan, menyaksikan iklan-iklan politik yang ditayangkan oleh televisi mendatangkan ambiguitas. Bagi mereka, Televisi merupakan media publik, maka dirasa kurang etis jika digunakan untuk kepentingan pribadi. Semestinya tanyangan yang disiarkan televisi merepresentasikan kepentingan publik, dan bukan kepentingan politik atau kelompok  tertentu.  Hal ini mengacu pada  pada pasal 11 ayat 2 Pendoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dibuat oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Namun, bagi kalangan lainnya, iklan-iklan politik menawarkan pencerahan dan pendidikan politik yang massif bagi kalangan pemilih. Melalui iklan-iklan politik tersebut, publik dikenalkan tentang visi kebangsaan yang dimiliki dan program-program yang akan dijalankan saat terpilih menjadi presiden republik Indonesia tahun 2014-2019.
Semangat kemajuan dan kemandirian memang sangat kental pada iklan-iklan ARB. Melalui jargon: ARB Sahabat rakyat kecil, ARB berhasil menanamkan pada alam bawah sadar masyarakat, ARB sebagai sosok pembela rakyat kecil, pembela padagang kecil, pembela pedagang kaki lima. Di sinilah konfigurasi imajinasi politik ARB menjadi efektif dan memiliki efek yang massif.
Bagi kalangan pemuda dan pemilih pemula, iklan-iklan politik ARB sarat motivasi dan edukasi politik bagi mereka. Iklan politik ARB tidak hanya menghadirkan figure ARB sebagai sosok pemimpin yang mampu mengakomodir kepentingan publik namun juga  menawarkan solusi atas problematika bangsa. Iklan politik ARB telah mendorong pemilih pemula untuk selalu memiliki rasa optimisme dalam membangun bangsa Indonesia tercinta.
ARB juga tampil dengan semangat motivator dihadapan siswa-siswi. ARB mengajak secara langsung kelompok pelajar untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi demi memajukan Bangsa Indonesia. Â Melalui Iklan, ARB bercerita bahwa ayahnya yang hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR) saja bisa menyediakan pekerjaan bagi 10 ribu orang, apalagi siswa-siswa SMKN kalau ditopang dengan kekuatan impian, keteguhan cita-cita dan keberanian mengambil keputusan.
Iklan ini sangat asertif dan berhasil menyentuh kaum pelajar, Di mana mereka meerupakan pemilih pemula yang berusia 17-21 tahun dan diperkirakan berjumlah 29,2 juta pada pemilu 2014. Â Dalam konteks ini, bagi pemilih pemula, iklan ARB memperlihatkan sebuah pesan yang tidak lagi offensif, Â tetapi lugas, bernas, dan bertanggung jawab.
Pemilih pemula cenderung mencari figur yang menjanjikan masa depan dan mampu menyediakan lapangan pekerjaan. Iklan-iklan ARB mampu memberikan satu spirit dan keyakinan bagi para pemilih pemula untuk menyadari bahwa masa depan bangsa dan negara ditentukan oleh anak anak muda. Senyum dan gaya komunikasi  ARB menjadi pecut motivasi bagi para pelajar untuk melakukan hal yang serupa bahkan melakukan lompatan-lompatan melampaui figur yang dicontohkan oleh ARB itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H