Mohon tunggu...
Israwaty Samad
Israwaty Samad Mohon Tunggu... -

Perempuan yang menyukai hujan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Buku Perempuan di Atas Pematang, Secawan Pemikiran dan Perlawanan

29 Maret 2016   00:32 Diperbarui: 29 Maret 2016   00:57 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua kata yang selalu menakjubkan, "perempuan" dan "desa. Dua kata yang sebenarnya merupakan asal dari semua orang sebelum beranjak ke dalam kompleksitas gagasan dan peristiwa. Perempuan -terutama di desa- masih merupakan kekuatan tak terkalahkan sebagai penopang bangsa. Mereka telah melahirkan para pemimpin, orang-orang besar, dan generasi cerdas. Walaupun kekuatan mereka kerap dibenamkan oleh berbagai realitas sosial. Dari kegelisahan itulah, buku "Perempuan di Atas Pematang" saya tulis dan dedikasikan kepada perempuan-perempuan desa.

Saya tidak pernah menyangka,  dua tokoh Sulsel dan nasional akhirnya bersedia meluangkan waktu membaca draft buku saya ini. Keduanya bela-belain memberikan endorsement menjelang terbit pada akhir Maret 2016.

"Terbit di saat yang tepat. Mengurai realita kehidupan perempuan, perjuangan dan pergerakan. Buku yang menginspirasi pembaca."

~ Prof. Dr. Ir. H.M. Nurdin Abdullah, M.Agr ~
(Akademisi, Bupati Bantaeng 2008-2013, 2013-2017)

Revitalisasi bathin penghuni “Rumah Putih”, Israwaty Samad

Ketika pagi masih berkabut embun dingin. Seorang “perempuan di atas pematang” menatap sekumpulan burung bangau, terbang menuju rona bianglala. Jiwa batin perempuan itu bergemuruh oleh cinta bernafas gemulai bebatang pepadian. Perempuan itu terperangkap akan getar dirinya, saat segalanya berubah indah oleh ucap kata bersukmakan cinta. Jiwa menyulam rasa, perempuan itu membangun mahligai, merajut kebahagiaan di Bumi Panritalopi, bersama lelaki dambaan merangkai kata dan cinta pada segala. Perempuan ini belajar berdamai dalam pelukan takdir sebagai perempuan desa yang merangkum cinta dari pohon peradaban. Ia simpan di dalam rimbun batinnya, sosok kekasih hati dengan aroma bunga di taman. Ia kuatkan tekad untuk bahagia dengan kepasrahan tiada tara. Dan ia pun memetik cahaya bahagia dengan syukur nan pasrah pada Ilahi.

~ Dr. Ir. Syahriar Tato ~
(Akademisi, aktor film, dan sastrawan)

Judul buku: "Perempuan di atas Pematang"
-Secawan Pemikiran dan Perlawanan-

Penulis: Israwaty Samad
Editor: Sri Ulfanita
Pemeriksa Aksara: Alfian Nawawi
Tata Letak: Tim Oksana
Desain Sampul: Tim Oksana,
(Foto: Fahri Adam, Model: Israwaty Samad)
Penerbit Oksana Publishing
ISBN: 978-602-6235-03-9
Cetakan Pertama, Maret 2016
Tebal: 203 halaman

Rekomendasi Penerbit Oksana di SAMPUL BELAKANG:
Dalam rentang tahun 2003-2016, seonggok catatan harian telah ditulis oleh Israwaty Samad dalam bentuk kumpulan esai dan artikel. Sebuah ketidaklaziman yang mengakibatkan sebagian di antaranya pernah dimuat beberapa koran, majalah dan media online. Lempengan-lempengan berharga itu lalu dikemas menjadi monumen penting: sebuah buku yang membincang banyak perihal di sekitar perempuan.
Sama sekali tanpa garis demarkasi, “Secawan pemikiran dan perlawanan” ini ternyata dari sisi geografis tidak hanya mewakili perempuan desa di Tanete, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan dan Nusantara. Ia juga mewakili perempuan di negara-negara dunia ketiga di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Beberapa tulisannya menguliti hal-hal yang jarang dibicarakan dalam forum resmi. Semisal ia menggugat mitos Kartini, kejahatan Illuminati terhadap perempuan, dan Barat yang mendompleng Malala demi mengalihkan isu pembunuhan masal rakyat Pakistan. Sebagian besar tulisan lainnya menjelajahi sejauh mana program-program pemberdayaan masyarakat desa telah menyentuh secara efektif kaum perempuan perdesaan.
Sebagai seorang perempuan desa, muslimah, sarjana ekonomi, ibu rumah tangga, penggiat lembaga keuangan mikro untuk perempuan, penggiat literasi, aktivis sosial, aktivis budaya, dan pemerhati kaum perempuan Israwaty Samad menulis secara lugas dan kritis tentang berbagai persoalan di sekitar perempuan. Sebahagian besar memperlihatkan mata rantai yang hilang antara kebijakan-kebijakan pembangunan dengan apa yang terjadi di lapangan.
Larutan komparasi ilmiah dari berbagai ranah pengetahuan seperti islam, sosiologi, psikologi, ekonomi, politik, hukum, sejarah, dan budaya terlanjur diaduk dalam secawan pemikiran, gagasan, permenungan, dan pengalaman penulisnya. Muatan yang menjadikan buku ini istimewa bagi pembaca terutama kaum perempuan. Juga sangat penting sebagai referensi bagi siapapun yang ingin terjun mengabdi ke tengah masyarakat pedalaman khususnya perempuan desa, perempuan di atas pematang.(*)[caption caption="Sumber: Koleksi penulis"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun