“Ini Mbak.Pas ya, makasih mbak,” si gadis bersuara jernih pun berjalan menuju pintu keluar.
“Mbak,Mbak, tunggu sebentar,” Arya yang saat proses pembayaran tadi tidak bisa berbuat apa-apa pun kemudian berjalan cepat menyusul gadis yang sudah berbaik hati membayarinya itu.
“Ya, Arya, ada apa?” gadis itu menghentikan langkahnya.
“Lho, kamu kenal saya?” Tanya Arya kaget. Ia tidak menyangka gadis itu mengenal dirinya.
“Kita satu angkatan, Arya. Kamu kelas A, dan saya di kelas C. Tentu saja saya mengenal kamu,” jawab si gadis singkat sambil kembali berjalan ke tempat parkir di mana motornya berada.
“Sebentar…Kalau boleh tau namamu siapa? Besok saya ganti uangmu tadi,” Arya berusaha menetralisir rasa kaget dan malunya karena tidak mengenal teman yang ternyata seangkatan dengan dirinya itu.
“Tidak usah, Arya. Gak banyak kan? Saya sudah ikhlaskan koq,” jawab si gadis bergegas menuju motor Honda Beat warna hitam yang terparkir tepat disamping Yamaha R1 miliknya dan mulai menyalakan mesinnya.
“Mmmm…terimakasih banyak ya,” Arya tersenyum. Ia pun berjalan menuju motornya.
“Sama-sama. Udah ya, saya duluan. Assalamu’alaykum,” kata si gadis sebelum melaju dengan motornya.
“Wa..waalaykumussalam,”tergagap Arya membalas salam si gadis.
‘Ah,bodohnya aku. Teman satu angkatan saja aku tidak hapal,’ rutuknya dalam hati. Arya memang tipe ignorant. Tipe penyendiri, walaupun ia termasuk mahasiswa yang populer di fakultas ekonomi.