Cerita KAI Commuter di Masa Kini
Tapi itu cerita masa lalu. Cerita sejarah berpuluh tahun silam.Â
Saya melihat dan merasakan sendiri transformasi KAI Commuter dari tahun ke tahun. Dari masih KRD jaman saya kuliah, menjadi kereta rel listrik (KRL) ekonomi, kereta ekspress, jalur rel double track, kereta commuter ekonomi AC yang bersih dan nyaman seperti sekarang, hingga berbagai perubahan stasiun dari masa ke masa.
Sekarang, orang mau buang sampah di dalam gerbong pun sungkan, saking bersihnya. Padahal di dalam gerbong tak ada tong sampah. Petugas kebersihan memang selalu mondar mandir membersihkan tiap sampai di stasiun tujuan. Tapi saat membersihkan pun kondisinya masih bersih. Kalau ada yang punya habit jelek mau buang sampah sembarangan di dalam gerbong, sanksi sosial lah yang berlaku, dipelototi atau ditegur oleh sesama penumpang 😆, bukan petugas lagi yang beraksi 😅.
Pada masa kini, jadwal kereta sudah lebih banyak, bahkan di rush hour jadwalnya bisa 10 menit sekali, jumlah gerbongnya pun jauh lebih banyak, dalam 1 rangkaian kereta bisa 10-12 gerbong. Dengan kondisi begini, penumpang yang terangkut lebih banyak, mengurangi tumpukan penumpang di stasiun dan di gerbong. Saya merasakan sendiri akhir-akhir ini, gerbong rasanya lebih longgar, bisa menjejakkan kaki dengan leluasa, dan nyaman bergerak, tak lagi berdesakan.
Banyak kaum urban, pekerja masa kini yang bekerja di wilayah Sudirman, Thamrin, Kuningan dan tinggal di wilayah sub urban semacam Bintaro, BSD, dst memilih naik commuter dengan alasan lebih praktis dan cepat. Mereka bahkan naik mobil pribadi untuk parkir di stasiun, lanjut naik commuter sampai stasiun terdekat tujuan, lanjut naik bus atau ojek.Â
Tak jarang kaum urban ini berangkat dengan pakaian rapi, wangi, menggunakan jas, bergaya smart casual, atau wanita mengenakan blazer, outer. Ada juga yang menggunakan sepatu berhak tinggi berujung runcing, high heels!Â
Bahkan belakangan saya amati, di saat weekend ada yang menuju tempat acara atau kondangan menggunakan kereta commuter. Kog tahu? Hahaha nebak aja sih, melihat ada yang menggunakan kebaya lengkap dengan wastra Indonesia, memakai selop berhak tinggi, tas kecil berwarna gold atau silver berhias manik-manik, dsb, asesoris yang biasa digunakan saat menghadiri resepsi pernikahan atau acara resmi semacam wisuda atau gala dinner. Saya pernah begini ðŸ¤.
Mengapa Secinta itu sama KAI Commuter?
Saya dulu bagian dari pejuang anker yang naik tiap pagi siang untuk berangkat dan pulang kuliah dari Salemba. Bayangkan rumah di Tangerang Selatan, kuliah nun di Jakarta Pusat. Masuk kuliah jam 8 pagi.Â