Mohon tunggu...
Haryo K. Buwono
Haryo K. Buwono Mohon Tunggu... -

Menulis juga disini: www.antisintesa.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Slendroisme

27 Februari 2011   15:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:13 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sering kita menunjuk orang yang "berlaku aneh", baik pemikiran, bertutur kata maupun bernarasi tulis, dengan sebutan "Orang Slendro". Orang slendro ini memang memiliki kecenderungan tidak sama dengan kebanyakan orang sehingga dibilang pemberontak atau "Keluar dari Pakem". Flashback dahulu. Slendro adalah Laras paling awal yang digunakan untuk Gamelan Jawa, sebelum Pelog itu muncul. Laras Slendro memiliki keunikan dimana jarak antar nada itu berjarak sama: 1, 2, 3, 5, 6 (namun kesan yang terbaca justru tidak urut). Kalau orang Jawa bilang "Itu adalah Nada paling Lurus/jejeg/bener", sedang Pelog berasal dari kata "Pelo" diartikan "blero"/sumbang/tidak lurus. Nada/laras Slendro ini tidak memiliki dualisme, sedang pelog memilikinya. Pelog memiliki Pelog Bem dan Pelog Barang. Pelog Bem adalah tidak menyentuh/menabuh wilahan 7 sedang barang tidak menyentuh wilahan 1. Pelog miliki nada yang berjarak berbeda antar nada walau kelihatannya urut: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. Inilah keunikannya. Slendro kesannya tidak urut tetapi justru jarak antar nada tetap dan tidak punya dualisme, sedang pelog sebaliknya. Amenangi jaman edan, ora ngedan ora keduman melik. Jadi bila sekarang orang jujur, malah dibilang edan. Orang punya kesempatan menerima yang bukan haknya walau tidak diketahui banyak orang, tetapi tidak mengambilnya, akrab dengan sebutan gila. Berpikir yang tidak sejalan dengan pemikiran kebanyakan orang dibilang Slendro alias aneh! Wolak waliking jaman: Orang waras dibilang gila, orang gila dibilang benar. Bila berpikir mengikuti laras gamelan, mungkin inilah perlunya, "Kegilaan menuju waras sejati". Kembali menganut Slendroisme. [HKB]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun