Mohon tunggu...
Restoe Bumi Victoria
Restoe Bumi Victoria Mohon Tunggu... Serabutan -

saya menjalani hidup secara nomaden, pernah menjalani pendidikan di goa hira university dan kini bekerja sebagai hamba allah swt, selain itu berprofesi sebagai dukun politik...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Partai Solidaritas Indonesia Versus Perindo

20 Desember 2015   12:24 Diperbarui: 20 Desember 2015   12:59 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kedua partai pendatang baru ini sama-sama belum resmi menjadi peserta pemilu sejak tulisan ini diterbitkan. Keduanya menjadi partai penting disaat partai lain berguguran karena terkendala electoral threshold, terakhir ini seperti yang menimpa Partai Bulan Bintang (PBB) dan PKPI keduanya telah menjadi partai gurem. Beda halnya dengan Partai Nasdem yang posisinya langsung menempati urutan partai teratas bila dibandingkan dengan partai lama.

Publik tahu bagaimana proses lahirnya Perindo yang digagas Bos MNC Group Hary Tanoe Sudibjo (HT) bermula dari bergabungnya HT dengan Partai Nasdem yang didirikan Surya Paloh (SP), walau diperjalanan HT mundur karena tidak sejalan dengan SP yang mengambil alih Ketua Umum Partai Nasdem. Menjelang detik-detik Pemilu 2014 HT merapat ke Hanura lalu disambut dengan senang hati oleh Sang Ketua Umum Purnawirawan Jenderal Wiranto, tanpa basa-basi keduanya mendeklarasikan pasangan Capres, secara otomatis gerbong HT dari Nasdem ditarik ke Hanura dengan atas nama Ormas Persatuan Indonesia (Perindo) yang kini telah menjadi partai politik.

Nampaknya Wiranto dan HT kurang beruntung, pasangan Capres tersebut gagal mengikuti Pilpres karena suara Hanura jeblok lalu keduanya bubar, Pak Wir merapat ke pasangan Jokowi-JK dan HT merapat ke pasangan Prabowo-Hatta. Syahwat dan ambisi HT untuk menjadi Ketua Umum Partai akhirnya tercapai juga dengan berdirinya Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Pada perjudian kali ini apakah Pak HT akan sukses membawa partainya dan ikut mejeng sebagai Capres pada 2019 nanti? Biarlah waktu yang menjawabnya.

Perindo dan HT keberadaannya sangat strategis, selain kekuatan modal yang melimpah juga menguasai media televisi dan media cetak. Melalui media yang dimilikinya MNC Group dan televisi kabel dan televisi-televisi lokalnya sangat memudahkan Perindo untuk dikenal sampai seantero nusantara. Perindo menjadi ancaman baru dan pesaing berat bagi partai-partai besar, kita tunggu apakah rakyat akan memilihnya.

Di tengah glamournya Perindo dengan kekuatan raksasa hampir setiap menit menjejali telinga dan mata masyarakat lewat layar kaca televisi, tiba-tiba muncul ditengah kegaduhan sekelompok anak muda yang mengatas namakan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengusung gagasan kebajikan dan keragaman. Partai yang masih kinclong karena dihuni oleh pemudi-pemuda yang mengkhususkan pengurus dan anggotanya belum terkotori oleh partai-partai pendahulunya. Perempuan cantik Grace Natalie didaulat menjadi ketua sukunya, dan Raja Juli Antoni sosok doctor muda jebolan Australia sebagai Sekjen (motor penggerak partai), sejak tulisan ini lahir PSI baru berumur satu tahun tepat pada Kopdarnas 16 Nopember 2015.

Bagaikan langit dan bumi bila mengamati asal mula starnya PSI dan Perindo. PSI yang sayup-sayup tiba-tiba menjadi kumpulan anak muda yang mengklaim orang baik-baik harus berkumpul dan sadar politik untuk memperbaiki bangsa, cukup dengan bermodalkan media social sebagai corong mengajak anak-anak muda dan kaum perempuan melek politik. Genetika siapa yang dimiliki PSI ini? Apakah akan lahir kembali generasi Soekarno-Soekarno Muda, Hatta-Hatta Muda, Tan Malaka Muda, Kartosoewirjo Muda, yang melek politik pada masanya dan berhasil mendirikan Negara bernama Indonesia.

Pemudi-pemuda digital ini yang hidup di era media sosial dengan masyarakatnya yang melek teknologi dan gadget hampir 24 jam di tangannya. Apakah ini cukup bagi PSI untuk kondolidasi memberikan harapan baru bagi Indonesia ke depan. Saya yakin PSI bisa mentransformasi gagasan para pendiri bangsa menjadi sebuah ideology terbarukan agar kita tetap Indonesia, karena tanpa ideology, tanpa konsepsi-konsepsi yang pundamental PSI akan layu sebelum berkembang. Budaya politik baru yang ditawarkan PSI semoga bisa melawan monopoli raksasa yang dikendalikan oleh uang. Wallahu’alam.

Garut, Desember 2015.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun