[caption caption="Macapat"][/caption]Perjalanan hidup manusia niscaya begini
lahir di bumi kemudian mati
ada kemudian tiada lagi
setelah itu bakal ada lagi?
Ini adalah kisah hidup seorang manusia melalui TEMBANG kehidupan
lantunan MACAPAT yang bertutur tentang kiprah seorang insan
diawali dengan hidup bergantung pada ibu di alam kandungan
dan berakhir saat badan terbujur kaku di kuburan
berawal hanya diiringi suara tangisan
berakhir tak membawa apa apa hanya dibalut kain kafan
Awal adalah saat janin MASKUMAMBANG
bergantung mengambang
dalam perut ibunda begitu terlindung
pada saatnya kemudian ditiupkan ruh kehidupan oleh Sang Agung
bersiap menghadapi dunia terang
Hingga waktu telah ditetapkan
dilaluinya selama sembilan bulan
maka MIJIL lah sosok mungil telanjang badan
menangis keras seraya genggam tangan
tuk menanti sang bapak perdengarkan azan
Bayi kecil lucu segala polah sungguh alami
tertawa menangis pipis setiap hari
digendong diayun merangkak sesekali
belajar berjalan dengan KINANTHI
Tibalah masa remaja datang
tubuh bertumbuh pikiran berkembang
lelaki suara membesar berkumis bercambang
si perempuan bulan tlah datang
masa SINOM sungguh indah menantang
sibuk mencari ilmu dan berteriak lantang
Dan musim bunga telah tiba
mekar di hati para remaja
ASMARANDANA menyebar di hati mereka
saling suka dan menebar pesona
saling bercinta memadu asmara
harum mewangi syahdu suasana
walau kadang patah hati berujung lara
seolah dunia runtuh tubuh tertimpa
Duhai ... indahnya pabila dua diri tlah sehati
tertaut GAMBUH sepakat memadu janji
tuk berdua arungi rumah tangga abadi
dalam cinta dan kasih Ilahi
DADANDANGGULA tercukupi rasa
dikelilingi anak-anak manis bergelayut mesra
sungguh nikmat kedamaian keluarga
peluk hangat dan saling canda
Tiada lupa selalu berbagi
atas limpahan rizki yang Ilahi beri
jiwa DURMA harus menginspirasi
bahwa hidup di dunia tiada abadi
Ibadah kepada Gusti tak kan pernah berhenti
amar ma’ruf berbuat baik kian pasti
nahi munkar segala nafsu buruk terkendali
nafsu serakah menumpuk harta hasil korupsi
nafsu berkuasa zalimi hak asasi
nafsu mengumbar biadab melupakan fitrah Ilahi