[caption caption="Buta Cakil"][/caption]
“Lik Om, kalau saya suka wayang terutama karena adegan perangnya”
“Perangnya siapa, Le ?”
“Siapa saja Lik Om, yang penting terjadi perang, saling pukul, saling sabet, saling tubruk, saling tusuk, di latarbelakangi efek cahaya dan gending rancak, maka bakal tercipta tontonan yang menawan. Apalagi kalau lihatnya dari belakang layar”
“Lha kalau perangnya Sumbadra lawan Banuwati, kamu juga senang Le ?”
“Ya sen .... sik sik sik ... sebentar Lik Om, apa ya ada perang antara dua perempuan putri raja seperti mereka ?”
“Ada saja tho kalau dibuat cerita carangan yang didalamnya terdapat peperangan antara mereka ?”
“Ya bisa saja Lik Om, tapi menurut referensi yang pernah saya baca, perang di sebuah pagelaran wayang itu ada beberapa macam, diantaranya yaitu : Perang Gagal, Perang Kembang dan Perang Brubuh”
“Oh kalau itu Pak Likmu juga tahu, Le. Perang Gagal biasa terjadi di awal lakon dan biasanya belum ada korbannya dan berlangsung sebentar, mungkin sebagai pemanasan dahulu atau istilahnya warming up. Setelahnya baru muncul konflik yang semakin meluas, saling serang melalui diplomasi politik, saling melempar fitnah, saling berbantah dan beropini untuk mempengaruhi publik dan menjajal kekuatan masing-masing.”
“Contohnya perang antara siapa itu, Lik Om”
“Misalnya, perseteruan satu darah Karyo (bukan Kuru lho) antara Prabu Laksono dengan Prabu Bakri”