[caption caption="Raden Arjuna"][/caption]"Tentang permainan dadu itu, sudah jamak lumrah kalau yang ikut main pasti mengharapkan kemenangan, jadi engkau jangan menyalahkan aku”
“Namun kalau hal tersebut dilakukan dengan cara cara yang licik penuh tipu daya, apakah hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kewajaran. Baiklah tidaklah perlu diungkap lebih lanjut tentang permainan dadu itu, lalu bagaimana tentang negri Hastina ini, Sinuwun ?”
“Pandawa tiduk akan mampu menjalankan pemerintahan sebab terlalu lama hidup di tengah hutan. Sepanjang hari ditemani oleh binatang-binatang hutan, mana bisa memimpin negara dengan baik”
“Itukan saat Pandawa telah selesai menjalani pembuangan, bagaimana sebelum dibuang ?”
“Salahnya sendiri Pandawa tidak pernah menyinggung hak kepemilikan negara Hastina !”
“Kalau Paduka berpendapat seperti itu, dapat diibaratkan orang ngemut madu, enggan melepas karena telah merasakan manisnya”
“Ya sudah ... kalau hal itu telah kuakui .... engkau mau apa ?! Apa yang engkau inginkan !?”
“Sinuwun”
“Apa !”
“Karena sejak dahulu hingga kini, tidak ada satupun kata kata saya yang Paduka dengarkan, padahal para leluhur telah mengajarkan bahwa GARWA itu adalah Sigarane Jiwa (belahan jiwa), pabila saya tidak diperkenankan urun rembug, lebih baik saya dipulangkan saja ke Mandaraka”
“Okeee ... saya tidak keberatan ! Kapan ?!”