Mohon tunggu...
Deddy Daryan
Deddy Daryan Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan, menulis fiksi

HIdup ini singkat, wariskan yang terbaik demi anak-cucu.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mendekatkan 'Panggang' dengan 'Api'

7 Agustus 2014   15:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul buku: Oase Pendidikan Di Indonesia

Kisah Inspiratif Para Pendidik

Penulis: Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan

Tebal: iv + 260 halaman, cetakan I. Jakarta, 2014

Penerbit: Tanoto Foundation, Jakarta 2014.

ISBN; (13) 978-979-013-204-7

: (10) 979-013-204-2

Dr. Zaim Uchrowi (ZU)dengan amat bagus dan memikatmenulis dalam pengantar buku ini, yang diberi tajuk ‘Pendidikan dengan Cinta’, bahwa bagaimana idealnya proses dan layanan pendidikan mesti dilakoni dengan baik oleh para penyelenggara pendidikan (guru), sehingga mampu menjadikan peserta didik menjadi insan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan karakter yang akan mampu menjawab tantangan global dengan tidak meninggalkan ciri budaya lokalnya.

Tentang peran dan fungsi guru dalam proses pendidikan ZU menulis; “Guru yang namanya tak terlupakan adalah guru yang paling mmberikan hati pada anak-anak didiknya” (hal.4). Lalu Beliau menawarkan bagaimana pengelolaan pendidikan seharusnya; “Sudah saatnya pendidikan kembali mengangkat soal aspek ‘jiwa’ agar sama berharganya dengan ‘raga’, dan ‘rasa’ didudukkan kembali sama tinggi dengan ‘raga’.

Yanglebih menggelitik dalam pengantar buku ini menurut saya adalah pada halaman tiga. ZU menulis; “Mengajarkan ilmu sesuai kurikulum yang telah ditentukan sungguh penting. Memang itu pekerjaan utama para guru. Mengasah keterampilan diri sungguh sangat diperlukan. Bukan hanya agar lebih mampu mengajarkan keterampilan pada siswa, juga untuk dapat menjadi contoh nyata dalam kehidupannya sebagai pendidik. Namun, yang lebih penting dari semua itu sebenarnya adalah memberi perhatian, mengasihi, dan menyayangi setiap muridnya. Pendidikan yang dilandasi rasa kasih sayang sungguh jauh berbeda dengan pendidikan berupa teknis pengajaran semata.”

Apakah dalam prakteknya pendidikan kita sudah seperti itu? Tentu saja jawabannya sungguh sangat bertolak-belakang. Jika pun ada, hanya segelintir unit sekolah, bak setitik debu di tengah padang pasir, baik yang berstatus swasta, terlebih lagi yang berstatus negeri. Jumlah sekolah di bumi Nusantara ini ratusan ribu, dan para pendidiknya dua juta lebih.

Buku “OASE PENDIDIKAN DI INDONESIA, Kisah Inspiratif Para Pendidik”, yang kita bicarakan ini memang bagaikan ‘oase’ di tengah kering kerontangnya belantara dunia pendidikan di negeri ini. Sebab siapa pun tahu, bahwa pengelolaan dan layanan pendidikan di semua jenjangnya, nyaris semuanya ‘jauh panggang dari api’. Pendidikan kita umumnya bukan saja kedodoran dalam tatanan konsepnya, yang notabene masih terkesan dalam pencarian bentuk dan format yang pas dengan karakteristik keindonesiaan dan tantangan global dewasa ini, tetapi juga dalam pengimplementasian kurikulum dan standar nasional pendidikan belum menunjukkan ‘greget’ yang berarti. Sudah ada 8 standar Nasional Pendidikan sebagai pedoman dan acuan pengelolaan pendidikan, namun lebih kerap dibicarakan di forum-forum seminar pendidikan dan workshop peningkatan kualitas guru, ketimbang dipraktekkan di lapangan.

Maka buku ini, menurut hemat saya dapatlah dikatakan sebagai upaya hebat yang luar biasa untuk mendekatkan Panggang Dengan Api. Pasalnya, tidak berlebihan; semua tulisan dalam buku berpenampilan ‘imut-imut’ ini berisi berbagai pengalaman inovatif dari pelaku-pelaku pendidikan yang langsung berhadapan dengan dunia ril di lapangan. Yang saya maksud dengan dunia ril adalah suatu situasi-kondisi yang memiliki keunikannya tersendiri, baik yang menyangkut lingkungan dimana pendidikan itu berlangsung, maupun situasi kondisi peserta didik yang memiliki karakteristik tersendiri pula, yang dibalut dengan kekhasan budaya lokalnya. Bagaimana memadukan kedua kondisi ril ini, sehingga melahirkan suatu solusi hebat adalah suatu pekerjaan berat dan serius.

Sebagai sebuah contoh di sini, yaitu melalui tulisan Tuti J. Rismarini berjudul ‘Beasiswa dari Jepit Rambut’ (hal 120). Saya bayangkan bagaimana sabarnya sang Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Pagedangan, Tangerang ini memberikan pendampingan terhadap siswanya yang bernama Rizki dan rekan-rekannya yang lain. Bukan itu saja, ide Bu Tuti ini mendapat penolakan dari wali siswa, dan saya kira pada mulanya dari guru sekolah tersebut juga, tapi dengan kegigihan dan tekad optimisnya, akhirnya menghasilkan ‘buah manis’ bagi para siswanya yang kebanyakan tidak mampu itu. Dari ide brilian Bu Tuti ini, hasilnya mendapat pujian sekaligus penghargaan, dengan diikutsertkannya dalam pameran industry kreatif di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dalam rangka Hari Anak Nasional beberapa waktu lalu. Dan yang lebih membanggakan lagi di kala itu adalah Wamen Pendidikan Nasional RI, yang dijabat oleh Bapak Fasli Djalal membeli langsung 500 buah jepit rambut (hal 130). Cerita pengalaman Bu Tuti ini disamping menimbulkan keharuan, juga kebanggaan dari jerih payahnya itu.

Tulisan-tulisan lain yang berdasarkan pengalaman empiris itu, tak kurang menariknya, untuk disimak, bahkan dijadikan model oleh para pelaku pendidikan di negeri ini. Dan menurut hematku, bahwa semua tulisan dan pengalaman menarik dalam buku ini enak dicerna, sebab dipaparkan secara naratif, jujur, rasional dan objektif.

Ada pun secara keseluruhan kandungan buku ini berisi tiga bagian, yang menunjukkan pengkategorian temanya. Masing-masing bagian menampilkan subjudul atau tulisan yang berdiri sendiri, memiliki ciri dan keunikannya, namun tetap dalam bingkai adanya struktur keterkaitan secara tematis.

Bagian I PEMBELAJARAN YANG MEMERDEKAKAN; terdiri dari 6 tulisan, yang masing-masingnya berjudul (1) Belajar dari Gentong dan Celengan, (2) Belajar dengan Puzzle Tubuh Manusia, (3) Bergulat Memerdekakan anak, (4) Gios Tetap Peringkat Satu, (5) Menciptakan Konflik di Kelas, dan (6) Lagu Gaza untuk Murid-muridku. Lalu Bagian 2 bertajuk ANAK DAN KOMUNITAS BELAJARNYA, berisi 3 tulisan masing-masing berjudul; Beasiswa dari Jepit Rambut, Ketika Anak Belajar Memaknai Kebebasan, Ciliwung Larung; Model Alternatif Pendidkan Melalui Teater Komunitas. Dan terakhir BAGIAN 3 MEMBANGUN PRFESIONAL GURU terdapat 6 tulisan yang amat menggugah kesadaran para pendekar pendidikan dari berbagai aspek dan perspektif. Keenam tulisan itu berjudul; Sertifikasi Bukan Sihir (hal 180), Membangun Gerakan Guru Transformatif (195), IGI: Kekuatan Berbagi (hal 210), Merajut Asa Melalui Pustaka (hal 218), Guru: Motor Perubahan dari Akar Rumput (hal 227), dan Para Pembelajar Pembelajaran (hal 243).

Ditilik dari kandungan isinya buku ini jelas memberikan pustaka pencerahan sekaligus kesadaran baru terutama bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan khususnya, dan bagi segenap komponen bangsa umumnya. Patut kita acungi jempol upaya Bapak Sukanto Tanoto, yang tak henti-hentinya melakukan upaya yang maksimal untuk memajukan pendidikan yang berkualitas di negeri yang kita cintai ini. Seperti yang tersurat dalam Sekapur Sirih Tanoto Foundation, bahwa pendidikan mendapat perhatian khusus dari Beliau dan Ibu Tinah Bingei Tanoto (hal 9).

Akhirnya, melalui resensi buku ini, saya ingin menyampaikan dua saran, yaitu pertama saya tujukan untuk kaum pendidik alias guru, bahwa selayaknya Anda membaca buku ini untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan dalam kerangka untuk melakukan pekerjaan anda sehari-hari, yang berhadapan langsung dengan peserta didik, Rutinitas dan performa guru dalam kelas cendrung monoton dan membosankan siswa. Kita bisa mencontoh model-model yang sesuai dan relevan dari buku ini untuk presentasi pembelajaran kreatif, inovatif, dan menyenangkan, yang sangat populer di kalangan pendidikan dengan Model Pembelajaran PAKEM. Saran saya kedua adalah saya tujukan kepada Penerbit Tanoto Fondation, bahwaada baiknya untuk edisi/cetakan berikutnya buku ini menampilkan foto-foto dokumentasi yang berkaitan dengan tema tulisan. Dengan begitu, akan semakin menambah ‘elok’nya buku ini di hadapan para pembacanya. Selebihnya, buku ini memang enak dibaca, penting dan berguna. Semoga!

Tag; resensibukutanoto.

*email; deddy.daryan@yahoo.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun