Mohon tunggu...
Deddy Daryan
Deddy Daryan Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan, menulis fiksi

HIdup ini singkat, wariskan yang terbaik demi anak-cucu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Grevillea (28)

4 Juli 2016   09:42 Diperbarui: 4 Juli 2016   09:48 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

28. Tuhan Telah Menjewernya

Setelah menunggu selama dua minggu, saat kondisi Edo sudah memungkinkan untuk dioperasi, maka hari itu operasi paru-paru Edo berjalan dengan mulus. Tiga hari kemudian, Edo sudah mampu menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, meski cuma berbaring di tempat tidurnya. Kondisi fisiknya masih sangat lemah.

Selasa siang dua hari yang lalu, tanpa sepengetahuan Hesty, Mulyadi berkunjung ke rumah sakit. Untuk apa lagi kalau bukan untuk memastikan apakah kondisi Edo membaik atau sebaliknya. Ia sempat berdialog singkat dengan dokter Agustina, pura-pura peduli dengan kondisi Edo. Padahal dalam hati kecilnya, Mulyadi ingin agar Edo seharusnya mampus saja. Dengan demikian niat terselubungnya segera terkabul.

Hanya sekitar lima menit Mulyadi berada di rumah sakit itu. Dokter Agustina sedikit curiga, menangkap aroma aneh dari Mulyadi. Apalagi ketika ia pamit dengan dokter Agustina, ia sempat berpesan, bahwa kedatangannya jangan sampai diketahui Hesty dan juga Edo. Dokter Agustina mengangguk pelan penuh heran..

Maka sesampai di rumah, sehabis makan malam, dokter Agustina mencoba menghubungi Hesty via ponselnya. Hesty langsung menyambutnya. Hesty mengira ada berita gawat tentang Edo. Ia penasaran mengapa dokter Agustina menanyakan Mulyadi malam itu. Tadinya ia bersikukuh mengaku, bahwa Mulyadi adalah pamannya. Ia tidak mau orang lain, termasuk dokter yang baik itu, mengetahui bahwa ia sedang meniti badai demi kesembuhan suaminya. Ia sedang bermain sandiwara yang panjang dan melelahkan, sekaligus membuatnya jemu dan mual. Hesty tidak tahu persis kapan sandiwara ini akan berakhir, dan seperti apa ‘ending’-nya.

Ia tersentak kaget ketika dokter Agustina mengatakan, bahwa Tuan Mulyadi datang membesuk Edo. Hesty lebih kaget lagi waktu dokter muda itu mengatakan, bahwa kedatangan mantan majikannya itu berpesan jangan sampai ia mengetahuinya. Baik Hesty maupun dokter itu, menaruh curiga yang besar terhadap Mulyadi. Maka atas permintaan Hesty, dokter Agustina akan memberi perhatian dan pengawasan ekstra terhadap pasiennya yang satu ini. Hesty berbesar hati mendengarnya. Berulang-ulang ia mengucapkan terima kasihnya kepada dokter Agustina.

Pada saat siuman, pertama kali Edo mendapati Hesty sudah berada di sampingnya, memegangi lengannya, dengan tatapan mata penuh kasih sayang. Kasih sayang seorang istri yang solehahterhadap sang suami yang sedang mengalami penderitaan, yang sangat dicintainya.

“Mas . . . . !” sapa Hesty lembut.

“Ya . . . “ suaranya lemah sekali. Pelan-pelan matanya terbuka, dan menatap sayu pada istrinya. Hesty membalas dengan senyuman tulus.

Edo tidak mengetahui, bagaimana Hesty berminggu-minggu menguras energi, biaya, dan pikirannya. Lebih dari itu semua, pertarungan bathinnya, yang dahsyat, yaitu ketika berhadapan dengan mantan atasannya. Hesty bertekad, ia tidak akan pernah menceritakan berapa jumlah uang yang sudah terpakai untuk perawatan itu, sebelum Edo benar-benar pulih dan sudah berada di rumah. Termasuk dari mana dana itu ia dapatkan.

Dalam pada itu, yang paling menyakitkan perasaan Hesty, pinjaman uang tersebut bersyarat, yang tidak tangung-tanggung syaratnya, bahwa ia harus mempertaruhkan harkat dan martabatnya sebagai perempuan, yang masih berstatus istri yang sah dari seseorang yang sedang dalam perawatan serius. “Terima kasih, Hes! Kamu dengan susah payah mengurusi aku,” desis Edo dengan suara lemah dan masih parau itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun