Umat Hindu di Indonesia, tepatnya di Bali mengenal hari raya Kuningan sebagai kelanjutan dari hari raya Galungan. Hal ini memang tidak salah, namun ada sedikit perbedaan didalam pelaksanaan upacaranya. Hari raya Kuningan diperingati 1 wuku setelah hari raya Galungan yaitu pada wuku Kuningan, Kliwon, hari Sabtu (Saniscara). Karena hal tersebut, pengucapan selamat hari raya Galungan dan Kuningan digabungkan menjadi salam "Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan".
Secara garis besar, pelaksanaan upacara pada hari raya Kuningan memiliki keterkaitan dengan upacara Galungan. Hal ini karena pada dasarnya upacara Kuningan merupakan "Resepsi" dari hari raya Galungan yang diperingati sebagai kemenangan Dharma (kebajikan) melawan Adharma (kejahatan), karena upacara Kuningan dan upacara Galungan merupakan serangkaian upacara yang saling berhubungan. Pada hari raya Kuningan, umat Hindu akan memuja Sang Hyang Widhi dalam perwujudan Sang Hyang Parama Wisesa. Sang Hyang Parama Wisesa ini merupakan roh-roh suci serta pahlawan dharma yang memiliki jasa untuk membentuk akhlak manusia menjadi luhur dan pemujaannya bertujuan untuk turun melaksanakan pensucian dan juga mukti, atau menikmati sesaji yang telah dipersembahkan.
Jadi pada dasarnya, upacara Kuningan dan upacara Galungan masihlah satu rangkaian upacara yang sama yaitu untuk memperingati kemenangan Dharma (kebajikan) melawan Adharma (kejahatan). Namun pada hari raya Kuningan memiliki ciri khasnya sendiri seperti nasi kuning, jukut kuningan, bentuk tamiang, dan upacara yang dilakukan pada hari raya Kuningan tersebut.
Nama: Putu Bayu Dharma Putra
Nim: 2111031234
Rombel: 6
Prodi: S1 PGSD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H