Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. Tanpa kesehatan yang baik, manusia akan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dewasa ini, sosialisasi mengenai pola hidup bersih dan sehat ramai digaungkan di banyak negara demi terciptanya masyarakat yang sehat. Upaya-upaya lain turut dicanangkan agar risiko tingginya angka penyakit menurun. Namun, di beberapa negara, banyak orang masih belum mendapatkan kesehatan yang baik, terutama di negara-negara Afrika yang masih berupaya untuk bebas dari wabah penyakit berbahaya yang disebabkan oleh virus Ebola. Virus Ebola merupakan virus yang menyerang sistem imun penderitanya. Virus ini telah menyita perhatian dunia sejak wabah besar terjadi di negara-negara Afrika pada tahun 2014 lalu.
Virus ebola adalah penyakit yang ditemukan oleh ilmuwan Jean-Jacques Muyembe pada tahun 1976 di dekat sungai Ebola di Republik Demokratik Kongo Utara. Nama dari virus itu diambil dari nama sungai di mana penyakit tersebut ditemukan. Profesor Muyembe dipanggil untuk datang ke Desa Yambuku di sebelah utara Republik Demokratik Kongo saat warga di desa tersebut terkena penyakit misterius. Profesor Muyembe mengambil sampel dari virus Ebola untuk diteliti lebih lanjut di laboratorium tempat virus diisolasi yang terletak di Belgia. Setelah diteliti lebih lanjut, terdapat enam jenis atau enam varian dari virus Ebola. Empat di antara varian virus tersebut dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Jenis-jenis dari varian virus Ebola yang dapat menyerang manusia adalah Virus Ebola, Virus Sudan, Virus Ta Forest, dan Virus Bundibugyo.
Penyakit yang disebabkan oleh virus Ebola ini dapat menyebar melalui kontak antara manusia dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi. Hewan-hewan tersebut sebagian besar adalah primata, seperti monyet, gorila, atau simpanse, dan mungkin pula disebarkan oleh hewan lain seperti kelelawar, landak, dan masih banyak lagi. Setelah terinfeksi, seseorang dapat menularkan kepada individu lain melalui darah atau cairan tubuh lain. Meskipun penyebaran penyakit ini tidak semudah penyakit lain seperti pilek atau flu, tetapi penyakit ini berbahaya bahkan mematikan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui gejala virus Ebola agar dapat selalu siap siaga menghadapi penyakit mengerikan ini. Gejala virus Ebola dirasakan penderita kurang lebih selama 2-21 hari. Gejala awal yang dirasakan meliputi demam, sakit kepala berat, sakit tenggorokan, mual dan muntah, nyeri sendi dan otot, ruam, hingga tubuh yang terasa lemas. Gejala klinis virus Ebola sendiri dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:
Fase A: Influenza like syndrome, yaitu munculnya gejala atau tanda nonspesifik seperti panas tinggi, sakit kepala, artralgia, mialgia, nyeri tenggorokan, lemah badan, dan malaise.
Fase B: Bersifat akut (hari ke 1-6). Pada fase ini, muncul gejala yang lebih parah seperti terjadi demam yang tidak dapat merespon antibiotik, sakit kepala, lemah badan yang terus menerus, dan diikuti oleh diare, nyeri perut, anoreksia, dan muntah.
Fase C: Pseudo-remisi (hari ke 7-8). Selama periode ini penderita merasa sehat dengan konsumsi makanan yang baik. Sebagian penderita dapat sembuh dalam periode ini dan selamat dari penyakit.
Fase D: Terjadi agregasi (hari ke 9). Pada beberapa kasus terjadi penurunan kondisi kesehatan yang drastis diikuti oleh gangguan respirasi; dapat terjadi gangguan hemostasis berupa pendarahan pada kulit serta gangguan neuropsikiatrik seperti delirium, koma, gangguan kardiovaskular, dan syok hipovolemik.Â
Sejak Ebola pertama kali ditemukan, pengobatan yang bisa dilakukan hanyalah dengan mengendalikan gejalanya hingga daya tahan tubuh penderita berhasil melawan virus tersebut. Namun, saat ini telah ditemukan obat dan vaksin untuk mengatasi dan mencegah virus Ebola. Pada tahun 2020, Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) telah meresmikan obat yang dapat digunakan untuk mengatasi Ebola, yakni Inmazeb dan Ebanga. Kedua obat tersebut menggunakan antibodi monoklonal dalam mengobati infeksi. Antibodi monoklonal sendiri adalah protein buatan yang dirancang khusus untuk menargetkan penyebab infeksi secara spesifik. Selain itu, ada beberapa pengobatan pendukung  yang dapat dilakukan, yaitu: