Serial Detektif atau Action bagi saya adalah oase hiburan yang tidak ada matinya. Tidak hanya sekedar menghibur tapi juga bisa menambah wawasan tentang hal-hal baru yang menarik, misalnya tentang ilmu kejiwaan, patologi forensik, ilmu kedokteran, arkeologi, dll. Tahun 1980-an , waktu saya SD ada beberapa serial detektif made in luar negeri yang sudah tayang di kanal TVRI dan RCTI, seperti Mc Gyver, Remington Steele, O'Hara, Hunter, The Six Million Dollar Man, The A Team dan masih banyak lagi. [caption id="attachment_218575" align="aligncenter" width="597" caption="serial era 80-an"][/caption] Setiap serial mempunyai ciri khas tersendiri. Pierce Brosnan dengan gayanya yang flamboyan dan santai, Mc Gyver yang selalu punya ide-ide unik dalam memecahkan masalah dan The A Team yang kocak dan tidak terkalahkan membuat saya selalu menunggu jam tayangnya yang cuma seminggu satu kali. Yang menjadi catatan bagi saya, pada era ini walaupun judulnya film action, dan ada adegan kekerasan, tapi dikemas dalam frame yang soft dan layak ditonton semua kalangan. Kita juga diajak untuk berpikir kritis, analitik, tapi tetap ada unsur fun-nya. Walaupun teknologi special effectnya belum secanggih sekarang, tetap bisa diakali dengan alur cerita dan tema yang menarik. Bahkan Mc Gyver menonjol karena kemampuannya memberdayakan barang seadanya menjadi sangat usefull. Entah bagaimana, memasuki tahun 1990-an, seiring dengan makin banyaknya televisi swasta, serial ini tergeser dengan serial asli indonesia. Namun sayangnya, tidak ada yang bertemakan deteftif. Dulu saya sempat merasa kehilangan, hingga Indosiar menayangkan serial kartun Detective Conan dan Hajime Kindaichi di tahun 2000-an. Walaupun sudah membaca komiknya, menikmati versi televisi ternyata tidak membuat saya bosan. Sayangnya, Serial Conan pernah dicekal oleh KPI pada tahun 2008 karena dianggap tidak layak ditonton oleh anak kecil sebab merinci detail pembunuhan. How come ? padahal menurut saya lebih banyak hal positif yang bisa diambil dari serial Conan, seperti kesetiakawanan dan cara menghadapi masalah dan pemecahan yang cerdik. Herannya kok KPI gak pernah melarang tayangan sinetron yang amburadul penuh contoh-contoh buruk tentang iri dengki, caci maki dan cerita yang absurd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H