Mohon tunggu...
Bulan Mei
Bulan Mei Mohon Tunggu... pegawai negeri -

just a mom of two angels

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aksi Mogok Makan, Upaya Mengetuk Hati Nurani

8 Juni 2012   04:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:16 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, Liputan 6 memberitakan bahwa 1 dari 11  orang petani yang melakukan aksi mogok makan di Gedung DPRD Sumatra Utara, kondisi kesehatanya menurun, bahkan hampir pingsan, dan saat ini sedang dirawat di RS Malahayati. Para petani tersebut sudah melakukan aksi mogok makan sejak hari Rabu tanggal 6 Juni 2012 demi menuntut keadilan atas lahannya yang diserobot PT Sumatera Riang Lestari (SRL) dan PT Sumatera Silva Lestari (SSL). Penyerobotan tanah warga yakni Desa Tobing Tinggi, Desa Haundung, Pintu Padang dan Desa Hadundung, Aek Rampah, Kecamatan Aek Nabara, Barumun. Koordinator aksi, Sugianto menyebutkan, kedua perusahaan itu dengan sewenang-wenang menyerobot tanah warga sejak keluar konsesi tahun 2008 lalu. Padahal, warga telah menguasai lahan sejak tahun 2004 sesuai surat yang dikeluarkan camat dan kepala desa setempat.

Ketika berbicara pada kerangka negara hukum, tentunya kita berpikir untuk melaporkan kasus tersebut kepada Pihak Kepolisian. Lalu bagaimana jika aparat tidak memihak warga ? Karena menurut pengakuan warga desa, mereka sering diintimidasi melalui perusakan lahan dimana sering terlihat polisi bersama pamswakarsa. Hal ini merupakan bukti nyata bahwa rakyat tidak lagi merasa dilindungi oleh hukum dan aparat penegaknya. Mereka tahu bahwa petani hanyalah kelompok rakyat jelata yang tidak akan mungkin didengar hanya dengan sebuah laporan di kantor polisi. Keputusan melakukan aksi mogok makan ini menurut saya juga cerminan bahwa sebagian rakyat menganggap tidak lagi mampu berlindung di bawah payung hukum.

Dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, dalam penjelasan ayat 2, dinyatakan bahwa upaya menyampaikan pendapat di muka umum dapat dilakukan melalui media tulisan, lisan atau melalui sikap membisu dan mogok makan. Tentu kita sudah sering melihat berbagai aksi demontrasi yang menyuarakan berbagai aspirasi, bagi saya ini adalah hal yang wajar atau lumrah. Tapi ketika melihat aksi mogok makan, hati saya sering terusik, karena menurut pengamatan saya , aksi mogok makan menyiratkan suatu bentuk perlawanan yang paling nadir, dimana para pelaku aksi ini sudah tidak mempunyai lagi upaya atau sumber daya yang lain dalam memperjuangkan nasibnya. Bisa dikatakan bahwa ketika segala usaha tak lagi membuahkan hasil, mereka mencoba mengetuk hati nurani para penguasa, mencoba menyentuh sisi humanitas dan rasa bersalah dan menguji tingkat "ketegaan" dari pihak-pihak terkait. Aksi mogok makan juga diharapkan akan mampu menumbuhkan rasa kepedulian dan solidaritas kelompokm masyarakat lainnya.

Pada bulan April yang lalu kita juga disuguhi berbagai aksi mogok massal di Palestina yang berlangsung selama sebulan yang dilakukan oleh 1.600 tahanan Palestina di penjara Israel. Pada tanggal 14 Mei 2012 aksi ini dihentikan setelah ada kesepakatan antara Palestina-Israel.

Sejarah Aksi Mogok Makan

Merujuk pada Wikipedia, aksi mogok makan pertama kali dilakukan di Irlandia, pada masa pra-Kristen. Aksi mogok makan dilakukan untuk menagih hutang di depan pintu rumah si pemilik hutang. Dalam tradisi Irlandia, membiarkan seseorang mati di depan rumah adalah kesalahan yang fatal dan akan mencemarkan nama baik keluarga. Berbicara tentang aksi mogok makan, saya mencoba melihat kembali pada sejarah Gandhi, sebagai salah satu bentuk perlawanan tanpa kekerasan.  Seperti yang saya baca pada laman Vinvanews, pada September 1932, Gandhi melakukan aksi mogok makan selama 6 hari untuk memaksa Inggris menghapus diskriminasi pemilu di India berdasarkan kasta. Pemerintah Inggris kemudian mencabut keputusan tersebut, dan pada hari ke-6 Gandhi telah kehilangan 3.5 kg berat badanya.Gandhi terus menggunakan aksi mogok makan sebagai metode perlawanan karena beliau tahu bahwa pemerintah Inggris tidak dapat menghadapi tekanan masyarakat.

Berapa Lama Bertahan ?

Menurut Republika, Thaer Halahla adalah pemegang aksi mogok makan terlama, yaitu selama 76 hari, yang berkahir pada 5 Juni 2012 demi memprotes Israel yang menahannya tanpa alasan jelas dan tanpa diadili. Sebenarnya berapa lama tubuh manusia dapat bertahan tanpa makanan dan air. Tentu banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain : kondisi tubuh, cuaca atau suhu, dan satu hal yang mungkin sepele, tapi menurut saya menjadi faktor penentu, yaitu tekad. Besarnya tekad dan keinginan pelaku aksi sangat menentukan, karena seperti yang kita ketahui, ketika otak terus menerus memberikan perintah untuk melakukan sesuatu, tubuh pun akan merespon dengan sendirinya. Lalu, berapa lama sebenarnya tubuh manusia bisa bertahan, tanpa makanan, dan minuman ? Pada tahun 2010, ilmuwan militer India menyelidiki pengakuan Prahlad Jani, seorang pria 82 tahun yang mengaku sudah 70 tahun hidup tanpa makan dan minum. Pada hari ke-6 pengawasan, pria tersebut belum menunjukkan adanya penurunan fungsu tubuh akan kekurangan makanan atau dehidrasi. Entah pengakuan tersebut benar atau tidak, tapi rasanya sulit diterima akal sehat saya, karena pada hari ke-15, ia menunjukkan adanya penurunan berat badan.  Merujuk pada sebuah jawaban pada wiki.answer.com :

Somewhere, I heard a simple adage about survival: The Three Threes:


  • Three minutes without air.
  • Three days without water.
  • Three weeks without food.


Semua tentu kembali kepada kondisi tubuh, lingkungan, dan faktor penentuan lain. Menurut wikipedia, ketika tubuh tidak lagi menerima asupan makanan, 3 hari pertama tubuh akan menggunakan energi dari glukosa atau karbohidrat, kemudian berlanjut pada lemak dan protein. Setelah 3 minggu tubuh akan memasuki wilayah bahaya karena tubuh akan mulai mengambil energi dari tulang dan sumsumnya.
Nyawa Terancam


Bagaimana jika dari aksi mogok makan yang tidak digubris sehingga ada nyawa melayang ? Pada tanggal 21 Mei 2012, Sindonews memberitakan seorang warga Aljazair yang meninggal di penjara Maroko setelah melakukan mogok makan selama 60 hari yang menuntut perlakukan manusiawi bagi tahanan. Walalupun begitu, tampaknya pihak penjara tidak membuat perubahan sedikitpun.
Aksi mogok makan biasanya memang didampingi dokter dan paramedis. Asosiasi Medis Dunia, pada tahun 1975 di Tokyo menyatakan bahwa dokter dapat melakukan pemaksaan pemberian makanan atau pertolongan medis pada kondisi yang dikhawatirkan akan membahayakan nyawa yang bersangkutan.
Berharap Pada Hati Nurani

Pada akhirnya aksi mogok makan adalah upaya terakhir mengetuk hati para penguasa agar mau mendengar hati nuraninya ketika melihat ketidakberdayaan orang-orang yang tertindas dan tidak berdaya melawan. Sebuah perjuangan tanpa kekerasan yang kadang ada di jalan yang sunyi.


Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun