Mohon tunggu...
RARA
RARA Mohon Tunggu... -

Karena hidup hanya sementara. Lakukan yang terbaik . YAKIN AJA

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berbahagialah Nak !

28 Juli 2012   16:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika lulus dari Sekolah Menengah Atas dengan nilai yang memuaskan orang tua , mamanya sangat bangga hingga semua tetangga tahu nilai - nilai yang diperolehnya . Setiap bertemu tetangga mamanya selalu menyisipkan obrolan tentang sekolah , sengaja supaya bisa beri tahu mereka tentang nilai - nilai yang diperoleh anak sulungnya itu . Saat diterima di Universitas Negeri , Papanya begitu bahagia hingga setiap bertemu rekan kerja selalu ingin beri tahu yang lain tentang anak sulungnya yang bisa lolos Ujian Masuk Universitas Negeri .

Nenek tua pensiunan guru dengan guritan -guritan kriput di wajahnya terlihat bersemangat saat menceritakan kehebatan Putra keduanya yang seorang Insinyur . Bercerita dengan seorang bakul belanja hingga berbusa , sampai tetangga - tetangga yang lain tertarik untuk berbelanja ketika melihat semangat nenek tua itu bercerita hingga akhirnya mereka turut mendengarkan . Bangganya ia menceritakan ketujuh putra - putrinya yang telah jadi  lebih hebat dari anak - anak tetangga lainnya di kampung itu.

Dua ilustrasi di atas menunjukkan beberapa hal yang umum dan lumrah dirasakan setiap orang tua . Bukan sekedar balas kasih yang mereka minta dari anak . Mereka menuntut satu hal dari anaknya ;"Berbahagialah Nak !"

Orang tua memiliki bahasa dan sudut pandang yang beragam mengenai perintah itu sendiri . Ada orang tua yang menerjemahkan "Berbahagialah Nak" dengan memarahi anaknya agar  mereka giat belajar , ada orang tua yang menerjemahkannya dengan memanjakannya dan memenuhi keinginan - keinginan anaknya  agar anaknya jangan merasakan susah seperti yang dialaminya dulu , ada yang menerjemahkannya dengan hukuman atas dasar ketaatan dan disiplin , ada yang menerjemahkannya dengan menanamkan kerja keras pada anaknya , ada yang melindungi anaknya begitu ketat agar anaknya tak terluka , bahkan ada juga yang menerjemahkannya dalam diam namun lewat contoh - contoh berharap agar anaknya tahu dengan sndirinya , dan masih banyak lagi terjemahan yang lain .

Kadang orang tua bisa melakukan hal yang menyakitkan seperti menegur dengan kasar , memberi kritik yang pedas , membandingkan baik kemampuan atau fisik dengan saudara bahkan tetangga yang lebih di mata mereka . Tanpa diimbangi kasih sayang rasa sakit ini bisa menjadi sakit yan parah dan tak terlupakan . Namun orang tua pada umumnya sayang anaknya sehingga tak sampai hati anaknya sakit terlalu lama . Selalu saja ada obatnya . Kasih Sayang , obat yang tak kunjung habis .

Jadi untuk setiap anak yang membaca ini , berbahagialah ! Karena kesuksesan seorang anak adalah kesuksesan orang tuanya .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun