Jadi juara di sejuta lomba tak akan ada artinya bila anak tak menjadi juara di hati orang tua. Mari jadikan anak juara di hati kita Salam Bahagia Ayah Ibu dimanapun berada, Saya belajar banyak dari putri saya, Damai (8 tahun), untuk menjadi seorang ayah, dan masih terus belajar darinya. Saya belajar menerima dia apa adanya. Saya belajar mengapresiasi keistimewaannya sekaligus menerima kelemahannya. Memang tidak mudah, tapi ketekunan akan selalu berbuah manis. Kegembiraan saya hari ini lahir setiap kali menerima email yang memberitahukan Damai mempublikasikan tulisan baru di blog personalnya, AyundaDamai.com. Setiap kali anak menunjukkan ketekunan, setiap kali pula menjadi anak juara di hati saya. Belajar dari pengalaman sendiri, belajar dari pengalaman orang tua yang lain, meneguhkan keyakinan saya bahwa setiap anak itu istimewa. Hanya saja keistimewaan anak itu bukanlah sesuatu yang bisa langsung dilihat. Keistimewaan tersebut bersifat potensi. Kepekaan orang tua menjadi kunci untuk menemukan keistimewaan anak. Bila sudah menemukan keistimewaan anak, proses pengembangan anak akan menjadi proses yang menakjubkan. Bila belum menemukan keistimewaan anak, itu berarti orang tua masih perlu mengasah kepekaan. Sayangnya, praktek kehidupan sehari-hari seringkali justru menumpulkan kepekaan kita sebagai orang tua. Kecenderungan kursus yang berorientasi pada hasil secepatnya yang menghalalkan jalan pintas. Berbagai lomba yang membuat anak berkompetisi pada standar yang sama. Sekolah kita yang cenderung menyeragamkan anak-anak, apapun keistimewaan anak. Kecenderungan yang menumpulkan kepekaan kita, yang pada akhirnya kita berlaku sebagai juragan yang menagih setoran pada anak. Setoran nilai bagus, setoran jadi anak juara & dapat piala, setoran untuk lulus dan banyak setoran lainnya. Padahal ketika anak masih dalam kandungan ibunya, kita bisa bahagia ketika merasakan tendangannya. Kita bisa bahagia ketika pertama kali anak menangis. Kita bisa bahagia ketika anak pertama kali anak mengucapkan "Ayah" dan "Ibu". Kita bisa memuji ketika anak menghabiskan makanan. Kita bisa memuji ketika anak bisa mengayunkan langkah. Kita bisa memuji ketika anak bisa merangkai kata. Ketika anak masih kecil, bahagia itu bersahaja tapi begitu terasa. Ketika anak masih kecil, pujian menjadi mudah diucapkan tapi tetap bermakna. Begitulah, anak juara di hati orang tua.
Berbagai riset psikologi positif menunjukkan bahwa kebahagiaan dan pujian adalah kunci dalam pengembangan keistimewaan anak. Anak tumbuh berkembang ketika berada dalam kondisi bahagia dan mendapat apresiasi dari orang tua. Anak tumbuh berkembang ketika menjadi anak juara di hati orang tua. Mari kita mulai menghargai keistimewaan anak, dengan mengenali, memberi kesempatan dan mengapresiasinya. Mari kita berkolaborasi menghargai keistimewaan anak. Mengapa kolaborasi? Saya tidak bisa sendiri, Ayah Ibu tidak bisa sendiri, karena kita menghadapi pandangan umum yang lebih menghargai keseragaman dalam mendidik anak Indonesia. Mari kita ayunkan langkah dengan keyakinan langkah kita hari ini adalah penentu masa depan anak-anak kita. Saya mengajak Ayah Ibu tidak terpaku pada nilai, ranking, gelar juara atau hasil akhir. Saya mengajak Ayah Ibu untuk menjadikan anak juara di hati orang tua, dengan menghargai ketekunan terhadap suatu kegemaran atau bakatnya. Saya mengundang Ayah Ibu untuk terlibat dalam Festival Bakat Anak, sebuah kegiatan yang bertujuan untuk menghargai ketekunan anak dalam menekuni kegemaran atau bakatnya. Festival yang akan diadakan di Jakarta ini terdiri dari dua kegiatan utama yaitu Suara Anak dan Pameran Foto.
Gagasan Festival Bakat Anak bergulir secara alami mulai dari Path, Facebook, Twitter. Ide yang saya lontarkan disambut gembira oleh banyak orang, remaja, dewasa hingga orang tua. Banyak usulan yang diberikan. Dan ketika dibuka kesempatan menjadi panitia, jumlah pendaftar jauh diatas perkiraan saya. Sebanyak 121 pendaftar adalah tandanya banyak orang yang merasa kepercayaan diri sebagai diri sendiri sebagai suatu ide penting. Bila ingin mendukung Festival Bakat Anak, Ayah Ibu bisa menjadi donatur. Ayah Ibu bisa mengirimkan surat ini kepada teman-teman yang lain. Ayah Ibu bisa menyebarkan surat ini di media sosial, Path, Twitter, atau Facebook. Ayah Ibu bisa mendaftarkan anak untuk menjadi Peserta Festival Bakat Anak. Jadi juara di sejuta lomba tak akan ada artinya bila anak tak menjadi juara di hati orang tua. Karena setiap anak itu istimewa, mari jadikan anak juara di hati kita Salam Bahagia Bukik Setiawan Penggagas Indonesia Bercerita Posting ini pertama kali di publikasikan di Blog Takita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H