Mohon tunggu...
Bukhori Muslim
Bukhori Muslim Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

Saya memiliki hobi dalam bidang penelitian dan gerakan literasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimisme Mimpi Indonesia Emas 2045 yang Tersandra

1 Februari 2025   08:50 Diperbarui: 1 Februari 2025   08:22 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukhori Muslim (Mahasiswa S-3 Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret dan Dosen Universitas Nahdlatul Wathan Mataram)

Indonesia Emas 2045 merupakan visi penting yang dicanangkan oleh pemerintah saat ini untuk mencapai kemakmuran nasional pada peringatan seratus tahun kemerdekaan Indonesia. Visi ini lebih dari sekadar mimpi dan merupakan sebuah rencana strategis yang mencakup berbagai sektor, termasuk pendidikan, ekonomi, teknologi, serta pembangunan infrastruktur. Namun, di tengah optimisme yang tinggi dari pemerintah, berbagai tantangan besar mengancam untuk menghalangi terwujudnya ambisi ini. Akibatnya, muncul pertanyaan, apakah Indonesia Emas 2045 dapat diwujudkan atau akan tetap terkendala oleh ketidakpastian?

Indonesia Emas 2045 digambarkan sebagai era di mana Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Dengan populasi muda yang besar, Indonesia memiliki bonus demografi yang bisa menjadi modal utama untuk mencapai kemajuan. Pada 2045, diperkirakan 70% penduduk Indonesia akan berada dalam usia produktif, sebuah potensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi (David, W., & Ardiansyah, A. 2016). 

Selain itu, pembangunan infrastruktur yang masif dalam beberapa tahun terakhir, seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan, diharapkan dapat menjadi fondasi kuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Pemerintah juga terus mendorong transformasi digital dan pengembangan teknologi hijau sebagai upaya untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan.  Peluang ini diperkirakan akan menguntungkan Indonesia selama 15-20 tahun ke depan, yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi jika kebijakan-kebijakan yang mendukung diterapkan (Navaneetham, 2003). Tak ketinggalan, dunia pendidikan juga menjadi fokus utama. Program Merdeka Belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertujuan untuk menciptakan generasi yang kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Semua ini menciptakan optimisme bahwa Indonesia Emas 2045 bukanlah sekadar mimpi, tetapi sebuah tujuan yang bisa dicapai. 

Namun, di balik optimisme tersebut, ada sejumlah tantangan besar yang bisa menjadi penyandra bagi Indonesia Emas 2045. Pertama, kesenjangan sosial dan ekonomi masih menjadi masalah serius. Meski pertumbuhan ekonomi terus digenjot, ketimpangan antara daerah maju dan tertinggal masih sangat terasa. Masyarakat di pedesaan masih sulit untuk bangkit dari kemiskinan dikarenakan harga komuditas pertanian tidak menentu. Kebutuha pokok kian meroket namun harga beli di petani merosot. Jika tidak diatasi, hal ini bisa memicu ketidakstabilan sosial yang menghambat kemajuan. 

Kedua, kualitas pendidikan yang belum merata. Meski program Merdeka Belajar sudah dijalankan, masih banyak daerah yang kekurangan fasilitas pendidikan dan tenaga pengajar berkualitas. Ditambah dengan banyaknya anak-anak usia sekolah yang terlibat dalam kasusu judi online. Tantangan dunia pendidikan semakin kompleks karena tidak hanya permasalahan tentang fasilitas sekolah namun juga faktor pendidik yang belum mau berinovasi dan bertransformasi. Ketimpangan sekolah kota dengan pedesaan sangat terlihat jelas. Akreditasi sekolah tidak mampu memberikan standar yang merata terhadap mutu pendidikan. Sistem akreditasi memiliki prinsip dan tujuan yang bervariasi di berbagai yurisdiksi, sehingga sulit mencapai standar yang seragam (Akdemir et al., 2020). Selain itu, terdapat kurangnya kesamaan dan standar bersama di antara lembaga akreditasi yang berbeda (Makhoul, 2019). Hal ini menyebabkan perbedaan dalam penilaian mutu pendidikan antar lembaga akreditasi. Tanpa pendidikan yang merata dan berkualitas, bonus demografi justru bisa berubah menjadi bencana demografi, di mana generasi muda tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk bersaing di pasar global.  Untuk memanfaatkan dividen demografi secara maksimal dan mencapai tujuan Indonesia Emas 2045, para pembuat kebijakan harus berfokus pada pengembangan sumber daya manusia, membuka perekonomian, dan mengimplementasikan kebijakan sosio-ekonomi yang mendukung pertumbuhan (Navaneetham, 2003). Ketiga, kerusakan lingkunganyang semakin mengkhawatirkan. Deforestasi, polusi, dan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan mengancam keberlanjutan pembangunan. Jika tidak segera ditangani, kerusakan lingkungan bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan menimbulkan bencana alam yang merugikan. 

Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045, diperlukan langkah-langkah konkret dan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pertama, pemerataan pembangunanharus menjadi prioritas. Infrastruktur dan program pembangunan tidak hanya harus fokus pada daerah-daerah maju, tetapi juga menjangkau daerah tertinggal. Kedua, revolusi pendidikan harus terus digencarkan. Selain meningkatkan kualitas pendidikan, perlu juga adanya penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan industri masa depan, seperti teknologi informasi, energi terbarukan, dan ekonomi kreatif. Ketiga, pembangunan berkelanjutan harus menjadi prinsip utama dalam setiap kebijakan. Indonesia perlu beralih dari eksploitasi sumber daya alam ke pengelolaan yang lebih ramah lingkungan. Teknologi hijau dan energi terbarukan harus menjadi tulang punggung pembangunan ekonomi. 

Indonesia Emas 2045 adalah visi yang layak diperjuangkan, tetapi tidak akan terwujud dengan sendirinya. Tantangan yang ada harus dihadapi dengan kerja keras, kebijakan yang tepat, dan kolaborasi semua pihak. Optimisme harus dibarengi dengan tindakan nyata, agar mimpi besar ini tidak tersandra oleh ketidakpastian dan ketidaksiapan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun