Wacana mengenai peran pendidik dalam pembangunan bangsa sangatlah menyentuh. Jepang memberikan pelajaran berharga yang patut direnungkan dan ditafsirkan sebagai simbol penghormatan atas kontribusi guru dalam memajukan kemajuan bangsa. Pada masa Perang Dunia Kedua, Jepang mengalami serangan bom atom yang menghancurkan dua kota strategis, Hiroshima dan Nagasaki, yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa. Namun, respons pemerintah Jepang pada saat itu patut dicatat dan menginspirasi. Alih-alih bertanya tentang seberapa besar kerugian material yang diderita oleh negara, mereka justru mengajukan pertanyaan yang mencerminkan visi yang jauh ke depan: "Berapa banyak guru yang tersisa?" Pertanyaan ini menggarisbawahi pentingnya guru sebagai pilar utama dalam merehabilitasi dan merekonstruksi negara yang hancur.
Kekuatan dan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas para pendidik yang bertanggung jawab untuk membentuk generasi penerusnya. Guru memainkan peran penting sebagai katalisator utama dalam pengembangan sumber daya manusia yang unggul, yang pada akhirnya mampu membangun peradaban bangsa. Namun, muncul pertanyaan: karakteristik apa yang mendefinisikan guru yang dapat membangun sebuah bangsa menuju peradaban yang maju? Jawabannya adalah "pendidik yang inovatif dan adaptif". Pendidik seperti itu mampu menjawab tantangan kontemporer melalui pemikiran kreatif, beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan siswa. Selain itu, pendidik yang patut diteladani adalah mereka yang mengintegrasikan etos Ratulisa (Rajin Menulis dan Membaca) ke dalam praktik pedagogi mereka. Melalui etos ini, guru tidak hanya menjadi teladan, tetapi juga menginspirasi para siswa untuk terus belajar, berpikir kritis, dan berkontribusi aktif terhadap kemajuan bangsa.
Di abad ke-21, peran pendidik menghadapi tantangan yang berbeda dibandingkan dengan abad-abad sebelumnya, sehingga perlu adanya reformasi dalam hal pengetahuan, metodologi, media, dan sumber daya pembelajaran agar dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman yang semakin didominasi oleh teknologi. Pendidik tidak lagi hanya berfungsi sebagai penyampai pengetahuan atau sumber informasi tunggal, tetapi harus bertransformasi menjadi motivator, fasilitator, dan teladan bagi peserta didik. Dalam konteks ini, peran pendidik semakin selaras dengan adagium yang diutarakan oleh Bapak Pembangunan Indonesia, Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarsa Sung Tuladha (memberi teladan), Ing Madya Mangun Karso (membangun semangat di tengah-tengah), dan Tut Wuri Handayani (memberikan dukungan dari belakang). Prinsip-prinsip ini menggarisbawahi pentingnya pendidik sebagai figur inspiratif yang mampu mendampingi dan membimbing peserta didik dalam menghadapi tantangan di era modern.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh para pendidik sebagai agen kemajuan bangsa di abad ke-21 mencakup beberapa aspek penting. Pertama, para pendidik harus menjadi pembelajar sepanjang hayat. Hal ini merupakan suatu keharusan karena evolusi pengetahuan yang diberikan kepada siswa secara terus menerus dari waktu ke waktu. Pendidik harus secara konsisten memperbarui metodologi pengajaran mereka agar selaras dengan kondisi saat ini, termasuk pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dengan pengalaman nyata siswa. Selain itu, para pendidik harus tetap terbuka terhadap bentuk-bentuk pengetahuan baru untuk memperkenalkan perspektif baru yang dapat merangsang minat siswa dalam belajar. Dalam konteks ini, para pendidik tidak boleh bersikap apatis terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya, mereka harus secara aktif terlibat dengan mengambil peran Ratulisa (rajin menulis dan membaca), yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran sepanjang hayat. Melalui pendekatan Ratulisa, para pendidik memiliki pengetahuan terkini yang mudah diakses oleh para siswa.
Kedua, pendidik harus mampu mengelaborasi proses belajar mengajar dengan kemajuan teknologi. Di era digital yang berkembang pesat ini, para pendidik tidak bisa lagi mengabaikan kemajuan teknologi yang dapat membuat proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan relevan bagi para siswa. Pemanfaatan teknologi tidak hanya terbatas pada alat bantu pembelajaran, tetapi juga mencakup metode untuk mengakses sumber belajar yang lebih luas, memilih media pembelajaran yang interaktif, dan mengadopsi metode pembelajaran berbasis teknologi. Dengan mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran, para pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih efektif dan menyenangkan yang selaras dengan kebutuhan generasi digital. Teknologi juga memungkinkan pembelajaran yang lebih personal dan adaptif, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya yang mereka sukai. Oleh karena itu, para pendidik perlu terus meningkatkan keterampilan digital mereka untuk memaksimalkan penggunaan berbagai platform dan aplikasi pendidikan, baik untuk mengakses informasi, berkomunikasi dengan siswa, atau mengevaluasi pembelajaran dengan lebih efisien. Dengan demikian, teknologi menjadi alat yang mendukung peran pendidik sebagai katalisator kemajuan pendidikan di abad ke-21.
Ketiga, para pendidik harus memupuk komitmen untuk melakukan praktik menulis dan membaca secara teratur dalam kehidupan sehari-hari. Komitmen ini berfungsi sebagai fondasi dasar untuk pengembangan intelektual dan profesional yang berkelanjutan bagi seorang pendidik. Pengembangan pendekatan pengajaran yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi bergantung pada kebiasaan membaca dan menulis yang konsisten. Membaca memperluas perspektif dan meningkatkan pengetahuan pendidik tentang kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan. Sementara itu, menulis memfasilitasi artikulasi ide-ide kreatif, dokumentasi pengalaman mengajar, dan penyebaran inovasi pedagogis di antara sesama pendidik. Dalam konteks pembelajaran sepanjang hayat, praktik menulis dan membaca secara teratur merupakan komponen integral yang tidak dapat diabaikan.
Selain itu, komitmen untuk menulis dan membaca berfungsi sebagai katalisator untuk memaksimalkan pemanfaatan teknologi. Melalui membaca, para pendidik dapat memahami fungsi teknologi yang sedang berkembang, sementara menulis dapat digunakan untuk menghasilkan bahan ajar digital, seperti modul interaktif atau video pendidikan. Dengan mengintegrasikan praktik menulis dan membaca secara teratur dengan pemanfaatan teknologi, para pendidik tidak hanya meningkatkan kompetensi mereka, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para siswa untuk terus belajar dan berkreasi. Oleh karena itu, kemajuan bangsa tidak hanya diukur dari aspek ekonomi dan pembangunan infrastruktur fisik, tetapi juga dari kemampuan mengembangkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing global. Keunggulan sumber daya manusia merupakan fondasi utama dalam membangun bangsa yang maju, inovatif, dan beradab.
Pendidik memainkan peran strategis sebagai garda terdepan dalam proses ini. Pendidik yang inovatif dan adaptif serta berkomitmen untuk melakukan kegiatan menulis dan membaca secara teratur berperan penting dalam membina generasi masa depan yang kreatif, kritis, dan siap menghadapi tantangan global. Dengan memprioritaskan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, sebuah bangsa tidak hanya dapat bersaing di kancah internasional, tetapi juga membangun peradaban yang bermartabat dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H