[caption id="attachment_107888" align="aligncenter" width="493" caption="Bukit Dialektika"][/caption]
"Manusia adalah Srigala bagi sesamanya" itu yang dikatakan oleh Hobbes saat kami berbincang-bincang di sebuah Paviliun pada bukit dialektika sambil menikmati secangkir kopi. kemudian Hobbes melanjutkan pembicaraannya; Manusia pada dasarnya adalah jahat dan pemangsa, siap memangsa korban-korbannya, untuk itulah saya membuat konsep Leviathan untuk membuat rasa takut dan kengerian kepada manusia-manusia jahat. Lalu dari percakapan itu saya bertanya, apakah agama tidak cukup untuk membuat rasa takut manusia?. Hmm....apakah manusia percaya begitu saja terhadap sesuatu yang tidak di lihat dan rasakan? Tidak....manusia tidak akan pernah percaya, jauh didalam sanubarinya manusia mempunyai keinginan-keinginan, keinginan untuk memiliki yang tidak dia miliki, keinginan yang tamak. Ucapan manusia tidak dapat dipercaya bahkan iblis saja tidak pernah percaya terhadap ucapan-ucapan manusia. Lagian didalam agama, penghukuman untuk manusia nanti ketika manusia telah mati, dikehidupan selanjutnya, maka agama tidak dan belum efektif untuk membuat manusia jera atas kejahatannya. Untuk itulah saya membuat konsep Negara sang Leviathan untuk mengatur perilaku manusia-manusia jahat. Ketika saya dan Hobbes berbincang-bincang tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang berpakaian putih, dia langsung memperkenalkan diri tanpa basa-basi kepada aku dan Hobbes.
*Â *Â *
Aris: Perkenalkan saya adalah Aris
Saya: Saya Udin, dan ini adalah temanku Hobbes
Hobbes: Bukankah engkau Aristoteles yang termasyur itu?
Aris: Ya aku Aristoteles murid Plato, sepertinya pembicaraan kalian cukup seru, apa yang sedang kalian diskusikan?
Saya: Kami berbicara tentang manusia, dan diskusi kami telah berkembang tentang Negara.
Aris: Oh...Negara? aku juga punya konsep tentang Negara
Hobbes: Bagaimana konsep Negara dari mas Aris?.
Aris: Konsep saya sederhana, Negara adalah untuk mensejaterahkan warga negara
Saya: Hmmm....saya coba padukan konsep kalian berdua, Negara adalah untuk menciptakan keteraturan dan mensejahterakan manusia, warga negara
Aris dan Hobbes: Ya...Sepakat (kata mereka bersamaan.)
*Â *Â *
*Â *Â *
Akhirnya Hobbes dan Aris meninggalkan percakapan, karena hari sudah mulai pagi, dan aku menjadi sendirian di Paviliun pada bukit dialektika ini. Seorang perempuan tiba-tiba menghampiriku secara mengejutkan
*Â *Â *
*Â *Â *
Perempuan : Mas ini tagihannya, semuanya tujuh ribu lima ratus, nggak kurang nggak lebih
Aku : Wah mbak....saya membayar yang aku minum saja, nih dua ribu lima ratus aku bayarkan
Perempuan : ooo...... ti...dak ....... bi...sa, tidak bisa begitu mas, yang tadikan teman-temannya mas, jadi mas harus bayar!
Aku : Benar mereka adalah teman, tapi hanya teman ngborol saja, diluar itu bukan!
perempuan : @#$%...........?
*Â *Â *
Lalu perempuan itu meninggalkan aku seorang diri, kembali dalam kesendirian. Aku merenung-renung sejenak mengingat situasi negaraku saat ini. Negaraku dalam keadaan kacau-balau dan rakyatnya tidak sejahtera, kemiskinan, mahalnya pendidikan, mahalnya kesehatan, kekerasan terjadi dimana-mana. Apakah negaraku telah gagal dalam menjalankan peranannya? Ahh......ini hanya kecurigaanku saja, seperti kecurigaanku terhadap orang lain.
*
*
sumber foto http://www.google.com
*
Bacaan yang perlu dicurigai Siapa yang Salah? Dimanakah Inspirasiku? Sudah! Jangan Ganggu DPR Surat Cinta untuk Manusia [Aktual] Belajar Goblog Kompasiana Horor Tengan Malam (Penakut Boleh Baca) Heboh!! Parman Buka-bukaan Saya Adalah Plagiator Negeri Para Dewa Studi Banding DPR adalah Demi Rakyat! Surat untuk Binatang WoW! Model Hot Terbaru Tips Menulis Super Cepat Bawa Pulang Agamamu! Rokok dan Kopi Terenak di Dunia Gila! 3 Wisata Keren Di Indonesia Orang Gila Masuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H