"Asalku bukan dari reruntuhan kota abadi, tetapi berasal dari puing-puing pertikaian"
Dari sini aku mengintai suatu pertemuan Dalam bingkai-bingkai kesucian Ketika mendapat penglihatan Mendengarkan sebuah perjanjian Dengarlah; Tindakan ini berasal dari surga, telah merasuk kedalam raga Kematian adalah cinta, lalu naik takhta, disanding sang pencipta Marilah bersama, menyanyikan lagu lama, sambil merenggut sukma Tua muda sama saja yang penting bisa murka Biasanya, berteriak atas nama-Nya, selamatlah jiwanya Lihatlah; Kotbah-kotbah jalanan marak terdengar Bawa senjata wajah memerah, sangar Panji perang berkibar, hajar Yang lain terkapar, barbar Camkanlah; Lagu ini bukan tentang keyakinan Disesuaikan menjadi kekuasaan Tengik, dibungkus syair kutipan Bengis, merasa pahlawan Tragedi 3000 tahun, pelajaran tak tersusun, sekterian menjadi racun; Disudut kota anak-anak gelisah Merengkuk haru kehilangan ayah Tak ada lagi yang mencari nafkah Keyakinan jiwa telah goyah Ah, sudahlah, dunia telah lelah Pasrah, sebentar lagi punah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H