"Hei, kau terlihat pucat, kau sakit?"
"seperti hari-hari sebelumnya, pikiranku selalu sakit" Ucapan Gyala membuat Alice perhatian, Alice lalu memegang pipi Gyala seperti seorang anak kecil yang sedang menangis. Dengan segala kemewahan yang ada, Gyala seperti tidak menikmati semua fasilitas negara yang diberikan kepadanya. Suasana itu kerap terjadi hampir setiap hari, tak ada satupun yang mengetahui kondisi ini diluar istana. Di luar, Gyala terlihat begitu meyakinkan bahwa hidupnya baik-baik saja, seakan-akan tidak ada masalah pada dirinya.
"Dimana pelayan itu?" Wajah Gyala melihat-lihat kejauhan, "aku memintanya mengambilkan aspirin"
"Mungkin persediaanya telah habis, karena kau menelannya setiap hari"
"Astaga, apakah yang sedang terjadi, untuk aspirin saja tidak ada persediaan"
"Mungkin mereka lupa membeli, karena selama ini kau berada di China"
Ah! Gyala langsung memalingkan wajahnya dari pandangan Alice, lalu melihat-lihat sekitar taman, masih berharap kedatangan pelayan. Tubuhnya serasa sakit ketika tidak mendapatkan aspirin.
"Bagaimana pertemuanmu di China, apa lagi yang telah kau sepakati?"
"Tidak ada, kami hanya bertukaran pikiran saja, aku hanya bosan disini"
"Bosan, Kau sudah gila?"
"Hampir saja, aku hampir gila karena disini tidak toleran lagi"
"Sekarang kau salahkan mereka"
"Bukan itu maksudku, aku hanya ingin menghindar saja, menghindar dari kebisingan"
"Bukankah disini selalu bising, jangan bilang kau tak tahu itu"