Mohon tunggu...
Adrian Oktavictory
Adrian Oktavictory Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Gondrong di Ilmu Komunikasi @UNESA

masih mencari pengalaman, jadi belum PD buat flexing hehehe :)

Selanjutnya

Tutup

Music

Spotify Wrapped sebagai Bentuk Aktualisasi diri Anak Muda

26 Desember 2023   20:25 Diperbarui: 26 Desember 2023   20:28 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang pasti sepakat bahwa sejak kecil hidup musik telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Bagi generasi Z yang lahir pada akhir tahun 90 an dan awal 2000 an tentu masa kecilnya pasti ditemani oleh lagu anak-anak seperti diobok-obok, abang tukang bakso, dan sebagainnya. Perkembangan teknologi yang begitu cepat juga mendorong berkembangnya sebuah platform atau aplikasi untuk mendengarkan musik secara online. Tentu sangat berbeda dari zaman dulu yang harus menggunakan piringan kaset yang disetel pada pemutar musik seperti DvD. Salah satu aplikasi musik yang digunakan oleh generasi zaman sekarang adalah Spotify. Melansir pada laman data.goodstats.id disebutkan bahwa aplikasi Spotify menjadi paling populer dalam tahun 2023 sebagai aplikasi pemutar musik dengan total unduhan sebanyak 238 juta. Generasi Z yang dahulu tumbuh dengan musik yang masih sering diputar secara konvensional kini seiring bertambahnya usia juga menjadi orang yang mendengarkan musik dengan aplikasi Spotify tersebut.

Spotify Wrapped

Musik juga menjadi sebuah entitas yang dapat membentuk sebuah identitas dalam prakteknya. Spotify membantu penggunanya untuk menjelajah genre dan artis berdasarkan lagu yang mereka putar. Hal ini membentuk sebuah pola baru dalam cara menikmati musik generasi Z, salah satu fenomena yang selalu ramai diperbincangkan dan disebarkan setiap akhir tahun adalah Spotify Wrapped. Hal tersebut merupakan salah satu kampanye atau mungkin sebuah cara Spotify untuk memberikan sebuah “perhatian” kepada para pengakses nya, yakni dengan membuat rangkuman mengenai siapa artis yang paling banyak didengarkan oleh pengguna, lagu apa yang paling sering diputar, album artis yang paling sering disetel, dan hal-hal lain yang bersifat personal penggunannya. Tentu hal ini membuat pengguna merasa senang dan excited untuk membagikan hal ini di sosial medianya.

Fenomena ini selalu meramaikan unggahan instastory muda-mudi di akun media sosial mereka. Masing-masing dari mereka. Bahkan sebagian orang berpendapat bahwa hal ini merupakan sebuah strategi marketing dari aplikasi tersebut untuk lebih dikenal. Spotify Wrapped merupakan kampanye viral marketing yang mengajak konsumen merenungkan musik yang mereka dengarkan di tahun sebelumnya. 

Interpretasi Identitas

Beberapa kreator mengunggah mengenai siapa artis dan lagu apa yang paling sering didengarkan sepanjang tahun mereka. Salah satu akun tiktok yang mengunggah hal ini adalaha @victoriaebrina. Dalam salah satu videonya ia merasa kaget dengan hasil yang ia dapatkan dalam Spotify wrapped miliknya. Pada awal video tersebut ia bertanya apakah ia sudah menjadi kategori cegil (cewek gila) yang dalam salah satu situs wolipop.detik.com hal itu merupakan sebuah istilah untuk menggambarkan sebuah karakter wanita yang beraneka ragam seperti obsesif, agresif, suka berubah, dll. Victoria menjelaskan top 5 lagu yang ia dengarkan merupakan sebuah gambaran dirinya dalam tahun tersebut. Bahkan di akhir video ia mengatakan bahwa “semua lagu ini tuh ya emang real my feelings.”

Hal lain yang cukup menarik adalah banyak video di sosial media yang menampilkan jokes atau candaan-candaan untuk “merapihkan diri” playlist yang mereka dengarkan. Hal ini merupakan bentuk sebuah aktivitas yang dilakukan individu agar tampil sesuai yang diharapkan ketika dilihat oleh orang-orang disekitarnya. Karena kebanyakan dari mereka merasa bahwa lagu yang sebenarnya paling sering mereka putar tidak dapat mewakili identitas diri mereka dihadapan orang banyak. Contohnya adalah orang yang secara tampilan luar nampak gahar dengan rambut gondrong dan ripped jeans namun ternyata ia sering mendengarkan musik galau oleh Tiara Andini. Kadang ada orang yang merasa tidak ingin dipandang seperti itu, sehingga ia memutuskan mengedit atau merubah playlist nya menjadi seperti tampilannya, misalkan dengan musik-musik bertema metal atau rock yang merepresentasikan gaya berpakaiannya tersebut.

Salah satu video Tiktok dari Froyonion memparodikan bagaimana seseorang ingin diakui atau bahkan dipuji atas playlist yang dia unggah di sosial media. Hal ini membuktikan bahwa Spotify Wrapped juga membentuk bagaimana kepribadian kita ingin ditanggapi dan dikenali oleh oranglain. Pengakuan yang didapatkan akan menjadi bentuk kepuasan hasrat diri kita.

Kelompok Edgy dan Polisi Skena

Hal lain yang mungkin bisa dikatakan menjadi bagian dari sub kultur penikmat musik terutama di spotify adalah munculnya kaum-kaum edgy. Mereka bukan sebuah kelompok, melainkan beberapa individu yang memiliki perspektif sama dalam memandang sebuah realitas karya musik itu sendiri. Melansir dari lama pophariini.com edgy adalah sebuah kata yang merujuk pada kelompok musik atau group band yang namanya belum banyak dikenal dan terkesan sangat unpopuler atau asing di telinga pendengar musik populer.

Mereka selalu ingin dianggap telah mendengarkan group band yang mengalami peningkatan karier jauh lebih lama dari orang yang baru mendengarkan. Beberapa dari mereka bahkan mempunyai mindset bahwa group musik favoritnya yang belum banyak dikenal orang tersebut harus tetap seperti itu. Tentu hal ini terlalu berlebihan, seperti selayakanya pembuat band hanya memproduksi lagu untuk dinikmati mereka seorang. Bahkan tidak hanya berkutat pada musik, tapi juga merambah ke merchandise dari suatu band. Mereka yang menganggap diri mereka telah jauh lebih mengerti sebuah band lebih dulu dibanding orang lain atau bahkan mereka menganggap diri mereka jauh lebih banyak mengenal lagu dan maknanya merasa lebih keren ketika memakai sebuah kaos band yang tidak dikenali orang lain. Sebagian orang menyebut mereka yang bertingkah seperti itu sebagai kelompok “polisi skena” yakni orang yang menghakimi oranglain atas pilihan fashion atau merchandise sebuah band yang dipakai. Polisi Skena beranggapan bahwa ketika menggunakan kaos band kita harus mendengar dan mengenal pula band tersebut, atau setidaknya mengerti beberapa lagu dan album yang dimiliki band tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun