Mohon tunggu...
Bujang Sriwijaya
Bujang Sriwijaya Mohon Tunggu... -

suka menulis, berpikir,minum air putih. Bagi saya, hidup adalah untuk menjadi bahagia dan membahagiakan. Menulis telah mengubah hidup saya, dan saya akan mengubah hidup lebih banyak orang dengan menulis dan mengajak orang menulis.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Salesman: Nightmare (kudabetinamalam)

6 Mei 2011   08:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:01 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saudara, saudara! maka berhati-hatilah engkau pada seorang salesman. Niscaya mereka adalah orang2 pembual terlihai sepanjang masa (menurut saya, sangat tak objektif). Saya setuju dengan pernyataan di atas. (lha seng nulis kan koe dewe, le? konyol!).

Mereka adalah orang2 terbokis... Tanpa bukti2 otentik akan apa yg mereka tawarkan. Entah mengapa, saya tiba2 teringat pengalaman saya dengan seorang mbak2 sales (-woman) yang sudah lama terjadi sebenarnya. Mengingat itu, bagai sebuah kenangan yang eneg (bukan pahit lagi), di mana dengan mudahnya saya dipermainkan, dan diombang-ambingkan oleh seorang sales. Ya, itu pas siang bolong di tahun 2007, tahun ular (iya, bukan ya?), saat seseorang datang mengetuk rumah saya di saat yang tidak tepat.

Dengan keadaan rumah cukup sepi hanya dengan mum, dan keterharuan secara tiba2, dan ngantuk, saya membuka pintu. ‘Ya, mbak, cari siapa?’ Oops… saya salah ngomong. Saya tak begitu jeli melihat barang yang berupa alat pijat elektrik itu tiba2 saja sudah ia sodorkan tepat mendarat ke telapak tangan saya.

Mampus,..sales.!

Ya, dan saya sudah terlambat. Seharusnya, sejak awal sudah saya bilang ‘Maaf. Mbak... maaf dulu, saya lagi g perlu..’ or somethin like that lah… Ternyata, mengusirnya lebihlah sulit dari mengusir pengamen/ pengemis. Beberapa kali saya ingin menyela, dan mempersilahkan mbak yg saya lupa cantik / ga ini untuk pergi. Nah… pertama2 memang berjalan dengan basa-basi... tanya kuliah, rumah, keluarga, sampe die mulai melakukan siasat licik untuk mendoktrin kita. Tapi, ternyata saya sudah terlebih dulu dibombardir dengan beberapa pertanyaan dan game yg membuat saya tak berdaya. jadi, mungkin ada 5 menit seendiri dia nyerocos di depan saya. Tapi, ga saya cerna. Peduli amat, masuk kuping kanan, keluar di dubur! (jokin out… Ya kuping kiri, lah..).

Bahkan saya ga ajak die buat sekedar duduk, dan 5 menit itu jadinya ya berdiri, krn sebenernya dr tadi saya tetap bertunggang langgang membanting tulang untuk mengusir halus ‘kepa*rat’ (tanda sensornya ga fungsi, tuh..) itu. Dari skill ngomongnya sih, keren. Mungkin bisa jadi rapper juga tuh mbak. Tapi, tetep, gotohell aja mbak! Nah, pas die kasih semacam kuis/ pertanyaan itulah klimaksnya. Dia tanya: "kira2, alat ini buatan as/eropa/cina/tegal, ya, masku yg bohai?" (3 kata terakir itu manipulasi) Die hitung 1,2,3…trus.. kata gue ‘cina!’ saya menjawab selantang kopral yg baru dipitak rambutnya(?) Peduli amat,tapi tetep gua layani. ‘Waduh, mas.. sayang sekali anda sa……..’ yes, aku salah , jadi, dia bisa cepet get out dari sini. Kemudian terdengar suara yg mencekam ‘…..ngat benar!!!!’

ANJING NGEPET! Pupuslah harapan saya, kemudian , dia menawarkan beberapa rincian harga (dan dengan bodohnya, saya masih tak berdaya). Tapi, tetep saya ga beli….n dia bilang apa, gua manggut2 aja… Hingga akhirnya dia pergi (saat itu, saya seperti baru saja keluar dari siksaan batin terberat saya.dan saya sempat terharu telah berhasil melaluinya-alah!-) dan juga saya sempat ucapkan doa dari orang yg teraniaya.. Moga2 orang2 macam itu diberi balasan yg setimpal atas penganiayaan batin yg mereka lakukan…

Jadi, bagi para pembaca yg mungkin tiba2 saja bertemu para pembual tsb, segerakan utk mengucapkan ‘maaf mbak, saya g butuh, silakan keluar…’ atau kalo lo emang pada gokil :’hey, persetan mbak mau ngomong apa, keluar..!!!’
-satu untuk semua-
genre:true story

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun