Mohon tunggu...
Budi Gunawan Sutomo
Budi Gunawan Sutomo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Editor FISKAL.CO.ID\r\nredaksi@fiskal.co.id\r\nMobile: 081380088824\r\nBB PIN: 73EEBE66

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengurai Problematika (New) Tanjung Priok

17 Juli 2013   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:25 1983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13740374911422208541

Mimpi negeri bahari memiliki pelabuhan akbar akan segera terwujud. Mega proyek “The New Tanjung Priok” dengan total investasi Rp 40 Triliun sedang dibangun di Pelabuhan Kalibaru Jakarta Utara. Nilainya setara bahkan lebih besar dari apa yang telah dibangun di Tanjung Priok selama lebih dari seabad ini. Sebuah pelabuhan internasional yang diyakini bisa menyamai Singapura, Rotterdam, Sanghai dan pelabuhan besar dunia lainnya.

New Tanjung Priok yang dibangun di atas terminal peti kemas Kalibaru akan memiliki kapasitas dua kali lebih besar dari “Tanjung Priok lama”. Berdiri di atas lahan 195 Ha, terminal akan dirancangbangun dengan kedalaman hingga minus 20 meter low meter spring (mLWS). Dengan demikian produktivitas pelabuhan akan meningkat karena bisa menampung kapal-kapal besar dengan kapasitas hingga 16 ribu TEUS (satuan petikemas twenty-foot equivalent unit). Padahal, sampai saat ini kedalaman pelabuhan Tanjung Priok masih berkisar antara 12–13 meter dan hanya bisa disandari kapal paling besar berkapasitas 4–6 ribu teus. Ini berarti kapal-kapal besar pengangkut kontainer nantinya akan datang langsung ke Indonesia dan tidak lagi harus bongkar muat di Singapura.

Karena terobosannya, Richard Joost Lino, Direktur Utama PT Pelindo II yang kini berubah nama menjadi Indonesia Port Corporation (IPC), dianugerahi sebagai CEO BUMN Inovatif Terbaik tahun 2011. Sebuah tugas besar yang harus dipikul RJ Lino, mulai dari membangun hingga mencari dana investasi yang sangat besar, mengingat proyek raksasa tersebut tak dibiayai APBN. Syukur, pengerjaan kontruksi besar ini mendapat dukungan dari seluruh elemen mulai dari Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri PPN /Kepala Bappenas, Menteri Perhubungan, bahkan Presiden dan Wakil Presiden ikut memonitor proyek ikonik ini.

Tekad Menandingi Singapura

Mengacu data statistik Kementerian Perhubungan tahun 2011, kapasitas pelabuhan di Singapura mencapai 29,9 juta TEUs, pelabuhan Laem Cha-bang Thailand berkapasitas 10,5 juta TEUs, sementara Tanjung Priok hanya mampu menangani 5,7 juta TEUs per tahun. Dalam hal ini, meski luas wilayah negara Singapura yang terkecil di Asia Tenggara, namun ia memiliki pelabuhan paling besar dan paling sibuk di kawasan Asia Tenggara. Dalam rangking dunia, Port of Singapore kerap berada di peringkat kedua & ketiga sejak 2008. Port of Singapore juga terhubung dengan 600 pelabuhan yang ada di lebih 100 negara. Pelabuhan itu pun mengelola kargo minyak dimana Hampir 50% minyak mentah dunia transit di Singapura.

Sementara Tanjung Priok adalah pelabuhan terbesar di Indonesia dengan kapasitas operasi kontainer sebesar 5,75 juta TEUs atau 50% dari keseluruhan pergerakan kontainer di Indonesia. Jumlah ini meningkat pada tahun 2012 menjadi sekitar 6,6 juta TEUs. Kapasitas Tanjung Priok yang semakin tak mampu mengimbangi peningkatan arus barang domestik & internasional sangat membutuhkan pengembangan kawasan. Kapasitas Tanjung Priok harus didongkrak minimal 1 juta TEUs/thn melalui peningkatan teknologi informasi & komunikasi.

Seperti halnya Singapura, untuk menjadi pelabuhan berkelas dunia, Tanjung Priok harus mendukung hinterland yang luas, memiliki pusat pertumbuhan ekonomi, memperkuat kedaulatan serta ketahanan nasional. Meningkatkan efektifitas implementasi azas cabotage, mewujudkan Indonesia sebagi negara maritim. Meningkatkan daya saing produk domestik, berpotensi dapat dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang baru. Menghela Unusual Business Growth, memiliki kecukupan lahan untuk pengembangan, tak menimbulkan social cost yang besar dan mempermudah pemerataan pembangunan ekonomi secara inklusif.

Dengan demikian Tanjung Priok diharapkan terhubung dengan Hub Ekonomi, Hub Logistik, & Hub Pelabuhan Internasional. Jika tak begitu, akan terjadi ketidakseimbangan kapasitas pelabuhan dengan barang muatan. Terdapat selusin Mega Container Ships dengan kapasitas lebih dari 10 ribu kontainer akan masuk ke rute Asia dan Eropa. Tentunya menuntut kesiapan infrastruktur pelabuhan untuk dapat melayani kapal yang lebih besar.

Beberapa Hambatan

Hingga kini Indonesia belum memiliki konsep transportasi intermoda dan multimoda. Proses perpindahan kargo dari vessel ke truk/ kereta api di pelabuhan adalah contoh nyata belum terlaksananya kaidah intermoda & multimoda dimaksud. Di samping itu, dalam pengurusan pergerakan barang & dokumen di Tanjung Priok saat ini masih dilakukan berbasis transaksi. Hal ini disebabkan belum terpadunya pelayanan jasa logistik yang berorientasi kepada kelancaran arus barang dan kepuasan pelanggan. Juga disebabkan oleh belum adanya sistem atau mekanisme kerjasama antara otoritas pengelola pelabuhan Tanjung Priok dengan kawasan industry.

Ketika barang dibongkar di Pelabuhan Tanjung Priok, akses transportasi pengangkutan barang cuma mengandalkan transportasi darat. Padahal, infrastruktur jalan yang terbatas menyebabkan lalu lintas di Pelabuhan Tanjung Priok kerap mengalami kemacetan. Akses Kereta Api di Tanjung Priok juga belum bisa langsung ke container yard. Dibutuhkan dua kali customs handling dari Gede Bage. Belum lagi problem ketersediaan gudang transit yang belum memadai di Pelabuhan Tanjung Priok.

Dari sisi pelayanan, Tanjung Priok juga belum maksimal. Menurut Badan Kerjasama Internasional Jepang (JICA); waktu yang diperlukan untuk proses pemasukan barang di Tanjung Priok rata-rata mencapai 7 hari. Padahal di Singapura cuma 1 hari, USA dan Jerman 2 hari, dan Jepang 3 hari.

Berpadu dengan peluang besar, beberapa hambatan di atas menjadi tantangan bagi IPC untuk meningkatkan kapasitas & kualitas pelayanan Tanjung Priok. Peningkatan efisiensi waktu angkut pelabuhan dan efektifitas pelayanan pelabuhan Tanjung Priok secara terpadu adalah bagian dari perbaikan manajemen pelabuhan, selain manajemen waktu pekerja, penghapusan pungutan dan penghapusan monopoli. Tak kalah penting ialah pembangunan pelabuhan Cilamaya untuk melayani barang dari kawasan industri di Bekasi, Karawang dan Purwakarta

Berpikir Out of The Box

Pelabuhan Tanjung Priok memang masih menjadi primadona bagi para pengusaha untuk melakukan kegiatan bongkar muat guna keperluan ekspor-impor. Namun harus diakui, kondisi Pelabuhan di kawasan tersebut saat ini terus mengalami penurunan. Contoh paling aktual ialah problem dwelling time (waktu tunggu dan bongkar muat) yang bisa memakan waktu hingga 9 hari.

Belum lagi soal kemacetan parah yang kerap terjadi di sejumlah ruas jalan yang mengarah ke Pelabuhan Tanjung Priok. Kemacetan yang disebabkan terlambatnya kapal pengangkut kontainer bersandar di pelabuhan mengakibatkan truk pembawa kontainer harus antri dan tertahan di pintu masuk. Hal ini mengakibatkan kendaraan lain terhalang oleh antrian truk tersebut. Sehingga kemacetan parah bisa mengular sepanjang 10 kilometer. Tak hanya terjadi di jalan tol menuju Tanjung Priok, tapi kemacetan juga merembet ke sejumlah titik lainnya, seperti Kelapa Gading, Ancol, dan Cakung. Bahkan bisa merembet ke kawasan Cempaka Mas, Jakarta Pusat.

Untuk mengatasinya, pembangunan Kalibaru port akan ditunjang dengan pembuatan Jalan tol Cilincing (makam Mbah Priok) yang hubungkan tol JORR sepanjang 7 km saja. Ditambah dengan pembuatan akses tol fly over dari jalan tol Yos Sudarso menuju pelabuhan. Praktis, pembangunan Kalibaru akan menambah traffic truk-truk yang akan memasuki pelabuhan lebih dari 50% dari jumlah yang ada saat ini.

Apa yang terjadi di Tanjung Priok saat ini sebetulnya pernah dialami Thailand 11 tahun silam. Dulu di kota Bangkok terdapat sebuah pelabuhan yang dihubungkan melalui sungai. Karena letaknya di pusat kota alhasil timbul kemacetan di Thailand. Jalan publik digunakan sebagai dampak adanya pelabuhan di dalam kota. Kemudian pemerintah Thailand mengambil keputusan memindahkan pelabuhan ke daerah selatan yaitu Lang Cham.

Kondisi Tanjung Priok yang saat ini terus menurun ialah diakibatkan keterbatasan lahan. Pemerintah Belanda jauh sebelumnya memang telah mendesain Tanjung Priok sampai ke Cempaka Putih dan Sunter. Namun kenyataannya kini lahan Priok semakin mengecil, tidak steril dan bersentuhan langsung dengan pemukiman penduduk.

Kondisi Priok yang sudah menyentuh puncak daya tampung mengharuskan adanya terobosan melalui pemikiran yang out of the box. Dalam segi kapasitas dan pelayanan, Singapura memang contoh ideal yang paling dekat. Namun, secara luas wilayah, Indonesia tak bisa disandingkan dengan Singapura karena infrastrukur pelabuhan di Indonesia jauh lebih banyak daripada Singapura. Terdapat banyak pelabuhan di kawasan strategis yang dapat mengurai kepadatan arus bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok seperti di Cikarang dan Cilamaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun